Contact : WA 089653002233 | Instagram : @rhyfhad


KLIK PLAY MUSIK

Kamis, 17 Juni 2021

Jatuh Cinta Dengan Teman Angkatan [Ending]




Kita tidak pernah tau rencana tuhan...
Kita tidak pernah tau dengan siapa kita akan bertemu dan kita tidak pernah tau akan jatuh cinta pada siapa...

Seperti kisahku, aku tak pernah tau akan jatuh cinta dengan kekasih orang. Rasanya ingin memilikinya namun dengan segala kondisi, semua tidak memungkinkan.

Ini aku Evan, seorang pria yang pernah perlahan masuk dan mencari celah dalam hati seorang wanita yang telah mempunyai kekasih. Bagiku akulah pemenang dari kisah itu karena bagiku aku yang selalu ada untuknya akan mengalahkan dia yang lebih dulu ada di hatinya.

Namun pada kenyataannya semua anggapanku itu salah. Aku menyadari suatu hal bahwa hubunganku dengan Sasa hanya sebatas logika. Aku hanya berada di logikanya bukan pada perasaannya.

Setelah kejadian di alun-alun kota saat itu, aku dan Sasa tidak lagi seperti dulu. Kami tak saling membenci tapi kami bagai orang yang tak saling kenal. Kami bertemu, saling menyapa, saling senyum namun tak sedekat dulu lagi.

Setelah sekian lama, kami akhirnya lulus kuliah dan kebetulan kami di wisuda di hari yang sama. Hari itu Sasa ditemani oleh pacarnya yaitu Riko. Senang rasanya melihat Sasa tersenyum tulus disaat bersama Riko.

Di sore hari setelah acara selesai, kami mengadakan acara perpisahan dengan teman angkatan.... 

Di bawah sebuah pohon yang berada dekat koridor kampus aku menghampiri Sasa yang sedang duduk sendiri.

"Hey..." Aku menyapanya.

"Hey Evan..." Balas Sasa.

Kami duduk bersampingan menatap lurus ke depan, menatap lorong koridor tempat dimana dulu kami sering berkumpul disaat masih berstatus mahasiswa baru. Kami kembali akrab dengan bercerita kenangan di koridor tersebut. Hingga cerita kami tiba pada suatu kenangan antara kami berdua.

Ada rasa malu bercampur cinta ketika mengingat saat-saat itu. Termasuk kejadian disaat aku dan dia..... If you know what i mean!

Sesaat kami saling menatap, entah apa yang lucu tiba-tiba secara bersamaan kami tertawa tak tertahankan hingga akhirnya Sasa menangis dan memukulku.

"Evan!! Kamu jahat!! Kenapa baru sekarang kamu mau bercanda seperti ini lagi?" Sasa tak henti mengeluarkan air mata dan sesekali mencubitku.

Aku mengusap air matanya sambil menatapnya sambil membisikkan sesuatu...

"Plisss jangan menutup matamu disini, ini tempat umum." Bisikku kemudian mendorong keras jidatnya menggunakan jari telunjukku. 

Kemudian Sasa memukul dan mengejarku penuh kekesalan. Setelah saat itu kami kembali akrab seperti disaat kami pertama kenal dulu.

Akhir pertemuan itu aku pamit kepada Sasa. Dua hari lagi aku harus pulang ke daerah tempatku tinggal. Mendengar hal itu Sasa kembali menangis dan tiba-tiba langsung memelukku.

"Terimakasih Sasa, semua tentangmu takkan pernah ku lupakan, semua kekonyolan, semua kecerobohan dan kebodohanmu juga takkan ku lupakan. Terimakasih juga untuk dosa terindah dalam hubungan yang rumit ini." Ucapku pada Sasa.

Tak ada hal yang baik dari hubungan yang rumit meskipun sebenarnya itu dapat mendewasakan diri. Ini adalah dosa terindah yang takkan pernah ku ulangi. Terimakasih Sasa, semoga suatu saat kita bertemu kembali namun dengan kebahagiaan  masing-masing.

"Memendam rasa itu memang tak baik namun mengungkapkan rasa pada seseorang yang tidak tepat juga tak ada baiknya. Menjadi perebut kekasih orang juga tidak baik apalagi memaksa seseorang untuk mendua."

******************

Drama kehidupan tak pernah ada habisnya...
Aku tak pernah mengetahui apa yang terjadi selama 7 jam terakhir. Yang ku tau aku terbangun di pagi ini setelah tertidur selama 7 jam.

Entah drama apa yang akan terjadi di hari ku ini. Hingga saat ini pikiranku masih tertinggal di sebuah kenangan beberapa waktu yang lalu dan itu juga adalah sebuah drama yang melibatkan perasaan dan emosiku...

Ini aku Sasa, seorang wanita yang dulu pernah mencintai dua orang pria di waktu yang salah. Namun pada akhirnya aku menyadari bahwa yang telah lama menetap di hatiku adalah suatu kepastian dan yang memberi harapan kecerahan meskipun suasananya baru, itu belum menjadi kepastian bagiku.

Jujur ku akui, lebih seru rasanya bersama Evan yang tingkahnya sama sepertiku. Konyol, ceroboh dan cerewet... Tapi.... Setelah kejadian terakhir, Evan berubah dan tak pernah lagi ceria apalagi bercanda padaku.

Memang saat itu aku membentak dan mengusirnya hanya karena emosi sesaat. Mungkin itu yang membuat hatinya sakit, ditambah lagi aku lebih memilih Riko dibanding dirinya. Jika menjadi Evan, mungkin aku akan melakukan hal yang sama yaitu membenci Sasa!

Setelah beberapa lama menjaga jarak dan menjaga bicara akhirnya suatu hari kami kembali memberanikan diri untuk saling berbicara.

Berawal dari hari wisudaku, hari itu Riko datang ke kampus untuk ikut menghadiri acara wisudaku. Riko juga sudah sarjana beberapa waktu yang lalu loh, dia lanjut kuliah lagi karena dapat beasiswa. Dia memang cerdas berbeda dengan aku. Hahahaa...

Hari itu Riko mengajakku untuk makan malam. Aku berharap itu adalah malam dimana ia akan melamarku, nanti kita cerita mengenai itu...

Kembali di hari wisudaku, saat itu aku sering menatap Evan dari kejauhan. Hingga saat itu ia belum mau berbicara padaku. Setelah acara wisuda selesai, di sore hari kami berencana ingin berfoto angkatan sekalian perpisahan.

Sebelum semua teman berkumpul aku ingin menikmati kampus ini sekali lagi. Kemudian aku menuju ke sebuah taman kecil yang berada di dekat koridor kelas. Di bawah sebuah pohon aku duduk sendiri menikmati sejuknya hembusan angin.

Kemudian, tiba-tiba seseorang menghampiriku. Tanpa berbalik menatapnya aku sudah tau jika itu adalah Evan dan betul itu adalah dia. Hatiku kembali merasa kegembiraan yang berbeda. Kami pun saling menyapa.

Saling bercanda dan bernostalgia seperti ini adalah hal yang kurindukan darinya. Hingga aku tak sadarkan diri mengeluarkan air mata karena sangat bahagia bisa kembali akrab dengannya. Ingi rasanya menyentuhnya, aku pun memukul dan mencubitnya sebagai tanda ini nyata!

Evan mengusap air mata bahagia ini. Pikirku ia akan mendekati wajahku karena sesuatu. Belum sempat ku tutup mataku ia pun berkata...

"Plisss jangan menutup matamu disini, ini tempat umum." Kemudian mendorong keras jidatku menggunakan jari telunjuk.

Aku kesal dibuatnya hingga aku memukul dan mengejarnya. Setelah lelah berlari, dia berada tepat di hadapanku sambil tersenyum ia mengucapkan kata perpisahan. Itu membuat hatiku begitu sedih...

Air mata ini kembali bercucuran dan tanpa pikir panjang aku memeluk Evan. Dalam pelukannya aku menangis terdiam tanpa sepatah kata. Begitu sedih rasanya ketika mendengar ucapan terimakasih dan selamat tinggal darinya.

Dari dalam hati paling dalam aku hanya dapat berkata maaf...

"Maafkan aku Evan, kenangan bersamamu juga akan ku abadikan di hatiku. Terimakasih juga atas kehadiranmu disaat aku membutuhkanmu." Ucapku dalam hati.

Setelah hujan selalu ada pelangi yang bersinar. Setelah kesedihan hadirlah kebahagiaan yang terpancar...

Malam itu aku diajak makan malam bersama Riko dan sungguh bahagia rasanya ketika harapan yang didambakan menjadi kenyataan. Yah, malam itu Evan ehh maksudku Riko melamarku. Sungguh senang rasanyaa.

Setelah air mata kesedihan, air mata kebahagiaan pun bercucuran dari mataku. Riko akan mengajak orangtuanya bertemu dengan orangtuaku dan kalau tidak ada halangan kami berencana akan menikah di tahun ini.

"Tak ada yang salah untuk hati yang pernah tersesat. Selama masih menemukan jalan pulang janganlah menetap di tempat yang kelihatan nyaman namun sesaat. Selalu ada jalan untuk pulang meskipun kita harus singgah beristirahat sejenak menikmati beberapa hal yang tak pernah kita rasakan sebelumnya."

*********************

Aku percaya dalam hidup ini akan ada banyak situasi yang kita lalui. Aku pernah melalui beberapa situasi yang membuatku hampir menyerah namun pada akhirnya bisa ku lalui.

Bahkan situasi yang membuatku dilema antara kehidupan dan perasaan seseorang. Aku percaya tuhan menciptakan keadaan sepaket dengan pembelajaran di dalamnya dan memang itu yang terjadi padaku selama ini.

Ini aku Riko, orang jahat yang pernah menghilang tanpa kabar pada wanita yang selalu menantiku. Aku juga orang jahat yang pernah berpura-pura mengisi hati seorang wanita yang telah pergi untuk selamanya...

Tak pernah terpikirkan olehku sebelumnya jika kesetiaan itu berujung indah. Saat ini jika tak ada kuliah atau kegiatan aku kebanyakan menghabiskan waktu bersama Sasa. Sekarang kuliah dan kegiatanku tak sepadat dulu lagi.

Setahun yang lalu aku lulus kuliah dan saat ini aku lanjut kuliah lagi. Kuliahnya cuma beberapa kali seminggu membuatku banyak menghabiskan waktu bersama Sasa.

Hingga saat ini pikiranku masih sering teringat pada seseorang. Yah betul, itu adalah Luna... Seorang wanita yang menaruh harapan padaku disaat terakhir hidupnya. Sering aku mendoakannya dan terakhir kali aku bermimpi ia datang padaku.

Dalam mimpi, Luna seolah memberi isyarat bahwa ia jauh lebih baik disana dan juga memberiku isyarat untuk lebih serius pada Sasa. Sejak saat itu aku berjanji tak akan menyia-nyiakan hubunganku dengan Sasa.

Di hari wisuda Sasa aku diundang untuk hadir. Bersama kedua orangtuanya aku datang di acara itu. Orang tua Sasa sudah mengenalku sejak kami masih sekolah dulu. Mereka percaya penuh padaku untuk menjaga Sasa sejak dulu.

Tanpa sepengetahuan Sasa aku meminta izin kepada kedua orangtuanya untuk melamarnya. Mereka setuju dan memintaku untuk mempertemukan mereka dengan kedua orangtuaku. Katanya, urusan penghasilan bisa dicari yang terpenting adalah sama-sama suka.

Hari itu juga, selepas acara wisuda aku mengajak Sasa untuk makan malam. Katanya, ada acara perpisahan dulu dengan teman angkatannya di sore ini. Jadi kami sepakat akan bertemu di malam itu.

Tiba saatnya di malam kami bertemu. Sasa begitu berbeda, ia begitu cantik dari biasanya. Tapi bukan Sasa namanya kalau jarang tertawa terbahak-bahak.

Malam itu aku mengungkapkan perasaanku yang ingin lebih serius dan mengajaknya untuk menikah. Sasa tampak begitu bahagia terlihat dari matanya yang berkaca-kaca. Kami akan menikah beberapa bulan lagi setelah orang tua kami bertemu.

"Terimakasih Sasa, kamu masih mau menerimaku meskipun hatiku pernah bersama yang lain."

"Terimakasih Luna, kamu memberiku pelajaran yang begitu berarti."

"Yang menjadi terpenting dalam kehidupan adalah bagaimana kita menjadi berarti bagi kehidupan orang lain. Terkadang kita harus kehilangan sebelum mengerti sebuah makna hidup. Maka dari itu hiduplah sekali, berarti, lalu mati."


1 komentar: