Contact : WA 089653002233 | Instagram : @rhyfhad


KLIK PLAY MUSIK

Kamis, 17 Juni 2021

Jatuh Cinta Dengan Teman Angkatan [Ending]




Kita tidak pernah tau rencana tuhan...
Kita tidak pernah tau dengan siapa kita akan bertemu dan kita tidak pernah tau akan jatuh cinta pada siapa...

Seperti kisahku, aku tak pernah tau akan jatuh cinta dengan kekasih orang. Rasanya ingin memilikinya namun dengan segala kondisi, semua tidak memungkinkan.

Ini aku Evan, seorang pria yang pernah perlahan masuk dan mencari celah dalam hati seorang wanita yang telah mempunyai kekasih. Bagiku akulah pemenang dari kisah itu karena bagiku aku yang selalu ada untuknya akan mengalahkan dia yang lebih dulu ada di hatinya.

Namun pada kenyataannya semua anggapanku itu salah. Aku menyadari suatu hal bahwa hubunganku dengan Sasa hanya sebatas logika. Aku hanya berada di logikanya bukan pada perasaannya.

Setelah kejadian di alun-alun kota saat itu, aku dan Sasa tidak lagi seperti dulu. Kami tak saling membenci tapi kami bagai orang yang tak saling kenal. Kami bertemu, saling menyapa, saling senyum namun tak sedekat dulu lagi.

Setelah sekian lama, kami akhirnya lulus kuliah dan kebetulan kami di wisuda di hari yang sama. Hari itu Sasa ditemani oleh pacarnya yaitu Riko. Senang rasanya melihat Sasa tersenyum tulus disaat bersama Riko.

Di sore hari setelah acara selesai, kami mengadakan acara perpisahan dengan teman angkatan.... 

Di bawah sebuah pohon yang berada dekat koridor kampus aku menghampiri Sasa yang sedang duduk sendiri.

"Hey..." Aku menyapanya.

"Hey Evan..." Balas Sasa.

Kami duduk bersampingan menatap lurus ke depan, menatap lorong koridor tempat dimana dulu kami sering berkumpul disaat masih berstatus mahasiswa baru. Kami kembali akrab dengan bercerita kenangan di koridor tersebut. Hingga cerita kami tiba pada suatu kenangan antara kami berdua.

Ada rasa malu bercampur cinta ketika mengingat saat-saat itu. Termasuk kejadian disaat aku dan dia..... If you know what i mean!

Sesaat kami saling menatap, entah apa yang lucu tiba-tiba secara bersamaan kami tertawa tak tertahankan hingga akhirnya Sasa menangis dan memukulku.

"Evan!! Kamu jahat!! Kenapa baru sekarang kamu mau bercanda seperti ini lagi?" Sasa tak henti mengeluarkan air mata dan sesekali mencubitku.

Aku mengusap air matanya sambil menatapnya sambil membisikkan sesuatu...

"Plisss jangan menutup matamu disini, ini tempat umum." Bisikku kemudian mendorong keras jidatnya menggunakan jari telunjukku. 

Kemudian Sasa memukul dan mengejarku penuh kekesalan. Setelah saat itu kami kembali akrab seperti disaat kami pertama kenal dulu.

Akhir pertemuan itu aku pamit kepada Sasa. Dua hari lagi aku harus pulang ke daerah tempatku tinggal. Mendengar hal itu Sasa kembali menangis dan tiba-tiba langsung memelukku.

"Terimakasih Sasa, semua tentangmu takkan pernah ku lupakan, semua kekonyolan, semua kecerobohan dan kebodohanmu juga takkan ku lupakan. Terimakasih juga untuk dosa terindah dalam hubungan yang rumit ini." Ucapku pada Sasa.

Tak ada hal yang baik dari hubungan yang rumit meskipun sebenarnya itu dapat mendewasakan diri. Ini adalah dosa terindah yang takkan pernah ku ulangi. Terimakasih Sasa, semoga suatu saat kita bertemu kembali namun dengan kebahagiaan  masing-masing.

"Memendam rasa itu memang tak baik namun mengungkapkan rasa pada seseorang yang tidak tepat juga tak ada baiknya. Menjadi perebut kekasih orang juga tidak baik apalagi memaksa seseorang untuk mendua."

******************

Drama kehidupan tak pernah ada habisnya...
Aku tak pernah mengetahui apa yang terjadi selama 7 jam terakhir. Yang ku tau aku terbangun di pagi ini setelah tertidur selama 7 jam.

Entah drama apa yang akan terjadi di hari ku ini. Hingga saat ini pikiranku masih tertinggal di sebuah kenangan beberapa waktu yang lalu dan itu juga adalah sebuah drama yang melibatkan perasaan dan emosiku...

Ini aku Sasa, seorang wanita yang dulu pernah mencintai dua orang pria di waktu yang salah. Namun pada akhirnya aku menyadari bahwa yang telah lama menetap di hatiku adalah suatu kepastian dan yang memberi harapan kecerahan meskipun suasananya baru, itu belum menjadi kepastian bagiku.

Jujur ku akui, lebih seru rasanya bersama Evan yang tingkahnya sama sepertiku. Konyol, ceroboh dan cerewet... Tapi.... Setelah kejadian terakhir, Evan berubah dan tak pernah lagi ceria apalagi bercanda padaku.

Memang saat itu aku membentak dan mengusirnya hanya karena emosi sesaat. Mungkin itu yang membuat hatinya sakit, ditambah lagi aku lebih memilih Riko dibanding dirinya. Jika menjadi Evan, mungkin aku akan melakukan hal yang sama yaitu membenci Sasa!

Setelah beberapa lama menjaga jarak dan menjaga bicara akhirnya suatu hari kami kembali memberanikan diri untuk saling berbicara.

Berawal dari hari wisudaku, hari itu Riko datang ke kampus untuk ikut menghadiri acara wisudaku. Riko juga sudah sarjana beberapa waktu yang lalu loh, dia lanjut kuliah lagi karena dapat beasiswa. Dia memang cerdas berbeda dengan aku. Hahahaa...

Hari itu Riko mengajakku untuk makan malam. Aku berharap itu adalah malam dimana ia akan melamarku, nanti kita cerita mengenai itu...

Kembali di hari wisudaku, saat itu aku sering menatap Evan dari kejauhan. Hingga saat itu ia belum mau berbicara padaku. Setelah acara wisuda selesai, di sore hari kami berencana ingin berfoto angkatan sekalian perpisahan.

Sebelum semua teman berkumpul aku ingin menikmati kampus ini sekali lagi. Kemudian aku menuju ke sebuah taman kecil yang berada di dekat koridor kelas. Di bawah sebuah pohon aku duduk sendiri menikmati sejuknya hembusan angin.

Kemudian, tiba-tiba seseorang menghampiriku. Tanpa berbalik menatapnya aku sudah tau jika itu adalah Evan dan betul itu adalah dia. Hatiku kembali merasa kegembiraan yang berbeda. Kami pun saling menyapa.

Saling bercanda dan bernostalgia seperti ini adalah hal yang kurindukan darinya. Hingga aku tak sadarkan diri mengeluarkan air mata karena sangat bahagia bisa kembali akrab dengannya. Ingi rasanya menyentuhnya, aku pun memukul dan mencubitnya sebagai tanda ini nyata!

Evan mengusap air mata bahagia ini. Pikirku ia akan mendekati wajahku karena sesuatu. Belum sempat ku tutup mataku ia pun berkata...

"Plisss jangan menutup matamu disini, ini tempat umum." Kemudian mendorong keras jidatku menggunakan jari telunjuk.

Aku kesal dibuatnya hingga aku memukul dan mengejarnya. Setelah lelah berlari, dia berada tepat di hadapanku sambil tersenyum ia mengucapkan kata perpisahan. Itu membuat hatiku begitu sedih...

Air mata ini kembali bercucuran dan tanpa pikir panjang aku memeluk Evan. Dalam pelukannya aku menangis terdiam tanpa sepatah kata. Begitu sedih rasanya ketika mendengar ucapan terimakasih dan selamat tinggal darinya.

Dari dalam hati paling dalam aku hanya dapat berkata maaf...

"Maafkan aku Evan, kenangan bersamamu juga akan ku abadikan di hatiku. Terimakasih juga atas kehadiranmu disaat aku membutuhkanmu." Ucapku dalam hati.

Setelah hujan selalu ada pelangi yang bersinar. Setelah kesedihan hadirlah kebahagiaan yang terpancar...

Malam itu aku diajak makan malam bersama Riko dan sungguh bahagia rasanya ketika harapan yang didambakan menjadi kenyataan. Yah, malam itu Evan ehh maksudku Riko melamarku. Sungguh senang rasanyaa.

Setelah air mata kesedihan, air mata kebahagiaan pun bercucuran dari mataku. Riko akan mengajak orangtuanya bertemu dengan orangtuaku dan kalau tidak ada halangan kami berencana akan menikah di tahun ini.

"Tak ada yang salah untuk hati yang pernah tersesat. Selama masih menemukan jalan pulang janganlah menetap di tempat yang kelihatan nyaman namun sesaat. Selalu ada jalan untuk pulang meskipun kita harus singgah beristirahat sejenak menikmati beberapa hal yang tak pernah kita rasakan sebelumnya."

*********************

Aku percaya dalam hidup ini akan ada banyak situasi yang kita lalui. Aku pernah melalui beberapa situasi yang membuatku hampir menyerah namun pada akhirnya bisa ku lalui.

Bahkan situasi yang membuatku dilema antara kehidupan dan perasaan seseorang. Aku percaya tuhan menciptakan keadaan sepaket dengan pembelajaran di dalamnya dan memang itu yang terjadi padaku selama ini.

Ini aku Riko, orang jahat yang pernah menghilang tanpa kabar pada wanita yang selalu menantiku. Aku juga orang jahat yang pernah berpura-pura mengisi hati seorang wanita yang telah pergi untuk selamanya...

Tak pernah terpikirkan olehku sebelumnya jika kesetiaan itu berujung indah. Saat ini jika tak ada kuliah atau kegiatan aku kebanyakan menghabiskan waktu bersama Sasa. Sekarang kuliah dan kegiatanku tak sepadat dulu lagi.

Setahun yang lalu aku lulus kuliah dan saat ini aku lanjut kuliah lagi. Kuliahnya cuma beberapa kali seminggu membuatku banyak menghabiskan waktu bersama Sasa.

Hingga saat ini pikiranku masih sering teringat pada seseorang. Yah betul, itu adalah Luna... Seorang wanita yang menaruh harapan padaku disaat terakhir hidupnya. Sering aku mendoakannya dan terakhir kali aku bermimpi ia datang padaku.

Dalam mimpi, Luna seolah memberi isyarat bahwa ia jauh lebih baik disana dan juga memberiku isyarat untuk lebih serius pada Sasa. Sejak saat itu aku berjanji tak akan menyia-nyiakan hubunganku dengan Sasa.

Di hari wisuda Sasa aku diundang untuk hadir. Bersama kedua orangtuanya aku datang di acara itu. Orang tua Sasa sudah mengenalku sejak kami masih sekolah dulu. Mereka percaya penuh padaku untuk menjaga Sasa sejak dulu.

Tanpa sepengetahuan Sasa aku meminta izin kepada kedua orangtuanya untuk melamarnya. Mereka setuju dan memintaku untuk mempertemukan mereka dengan kedua orangtuaku. Katanya, urusan penghasilan bisa dicari yang terpenting adalah sama-sama suka.

Hari itu juga, selepas acara wisuda aku mengajak Sasa untuk makan malam. Katanya, ada acara perpisahan dulu dengan teman angkatannya di sore ini. Jadi kami sepakat akan bertemu di malam itu.

Tiba saatnya di malam kami bertemu. Sasa begitu berbeda, ia begitu cantik dari biasanya. Tapi bukan Sasa namanya kalau jarang tertawa terbahak-bahak.

Malam itu aku mengungkapkan perasaanku yang ingin lebih serius dan mengajaknya untuk menikah. Sasa tampak begitu bahagia terlihat dari matanya yang berkaca-kaca. Kami akan menikah beberapa bulan lagi setelah orang tua kami bertemu.

"Terimakasih Sasa, kamu masih mau menerimaku meskipun hatiku pernah bersama yang lain."

"Terimakasih Luna, kamu memberiku pelajaran yang begitu berarti."

"Yang menjadi terpenting dalam kehidupan adalah bagaimana kita menjadi berarti bagi kehidupan orang lain. Terkadang kita harus kehilangan sebelum mengerti sebuah makna hidup. Maka dari itu hiduplah sekali, berarti, lalu mati."


Minggu, 06 Juni 2021

Jatuh Cinta Dengan Teman Angkatan III




Aku pergi tanpa kabar bukan untuk menghindarimu. Anggap saja aku pura-pura melupakanmu. Nanti disaat waktu yang tepat aku akan kembali dan menceritakan sebuah kisah yang menjadi alasan mengapa jarak kita harus jauh untuk sementara.

Entah kamu mau menerimaku kembali, entah kamu mau percaya atau tidak itu adalah hak mu. Hanya saja sudah menjadi kewajibanku untuk berkata jujur padamu.

Aku Rifki, teman-temanku biasa memanggil dengan nama Riko. Bukan tanpa alasan, sebab di waktu SMA dulu ada beberapa teman yang namanya juga Rifki. 

Kebetulan saat itu aku adalah Ketua Osis maka orang memanggilku Riko singkatan dari Rifki Ketua Osis dan hingga sekarang nama Riko melekat padaku.

Aku adalah anak yang pendiam dan sangat malas untuk bicara panjang lebar berbeda dengan seorang wanita yang ku kenal sejak masih sekolah dulu. 

Wanita itu namanya Sasa. Anak yang cerewet, suka teriak, dan ketawanya keras, kalau tertawa terkadang sampai memukul atau mencubit. Sasa itu adik kelasku dan dia juga pacarku. 

Tuhan memang maha adil dan maha asyik. Menciptakan manusia berpasangan untuk saling menutupi kekurangan. Jika aku adalah mendung maka Sasa adalah pelangi, tapi dia kayaknya lebih cocok jadi gledek.

Hubungan kami begitu manis tapi juga terkadang asin hingga akhirnya suatu saat berubah menjadi pahit dan pedis. Di suatu waktu yang salah, hatiku berkhianat meskipun pikiranku selalu memberontak akan kesalahan ini.

Beberapa tahun yang lalu aku bergabung di sebuah komunitas yang bergerak di bidang kesenjangan sosial, lebih tepatnya kegiatan berbagai dan sedekah kepada tunawisma atau anak gelandangan.

Kebetulan saat itu aku menjadi ketua komunitas tersebut. Dibantu oleh beberapa teman angkatan yang se-fakultas denganku. Termasuk salah satunya adalah seorang teman yang namanya Shafaluna atau lebih akrab dipanggil Luna.

Luna adalah wanita yang lemah lembut namun penuh semangat dalam kesehariannya. Dibalik semangat itu ia mempunyai fisik yang lemah. Tak jarang ia pingsan dan lemas secara tiba-tiba.

Betul yang dikatakan kebanyakan orang. Perasaan suka diantara sepasang orang teman itu pasti akan timbul seiring berjalannya waktu tergantung seberapa sering ia bersama.

Luna begitu paham dan tau jika aku mempunyai pacar yang namanya Sasa dan aku sering cerita padanya mengenai hubunganku. Sebenarnya awal dari rasa nyaman itu adalah curhat. Awalnya curhat lama-lama jadi suka.

Aku yang awalnya sering curhat mengenai hubunganku dengan Sasa namun kemudian Luna mulai terbuka mengenai kehidupannya. Ayah dan Ibunya telah pisah sejak ia balita. 

Luna mempunyai penyakit yaitu sering sakit kepala yang tak tertahankan yang membuatnya terkadang tiba-tiba kehilangan kesadaran dan terjatuh pingsan.

Sudah beberapa kali ia pingsan di hadapanku dan pernah sekali aku melihatnya mengeluarkan darah dari hidungnya. Katanya itu sudah biasa dan katanya jika terlalu lama dibawah terik matahari biasanya ia mimisan.

Suatu hari aku ke kamar kostnya ingin meminjam sebuah buku. Kebetulan kami tinggal di kost yang sama, bedanya anak perempuan kamarnya di lantai dua sedangkan anak cowok di lantai bawah. Pintu kamarnya sedikit terbuka dan terdengar suara pelan tangisan Luna.

Setelah aku membuka pintu aku melihat hidung dan mulut di wajahnya dipenuhi darah. Aku panik dan segera mengambil tisu yang ada di atas rak lemarinya. Saat itu aku membersihkan wajahnya. Luna tak henti menenangkan dan berbisik padaku agar aku tak panik dan tidak memberitahukan kepada siapapun.

Saat itu Luna memelukku dan bersandar di dadaku. Sambil menghela nafas panjang ia memohon supaya aku tidak menceritakan mengenai yang aku lihat. Kemudian aku menenangkannya sambil menunggu ia akan menceritakan yang sebenarnya.

Sejak beberapa tahun yang lalu Luna mengalami trauma atau benturan di kepala yang mengakibatkan pendarahan di selaput otaknya. Namun katanya itu tidak berbahaya dan tak ada hubungannya dengan mimisan. 

Sejak saat itu aku jadi lebih perhatian padanya. Itu salah satu hal yang membuat perhatianku terbagi antara Sasa dan Luna. Disana ada Sasa yang merasa rindu akan hadirku dan disini ada Luna yang membutuhkanku.

Suatu hari, aku berada di kampus bersama Luna dan tanpa sebab ia kembali pingsan. Aku bersama teman-teman menolongnya dan lagi-lagi hidungnya mengeluarkan darah. Karena kami panik maka kami membawanya ke rumah sakit.

Disaat yang genting seperti itu tiba-tiba Sasa menelpon dan menuduhku dekat dengan seorang wanita. Sontak emosiku tak tertahankan hingga akhirnya kami saling bernada tinggi. Tak hanya sampai disitu, itu berlanjut di chat. Astagaa!!

Beberapa hari belakangan hubunganku dengan Sasa sedang tidak baik-baik saja. Aku memilih untuk menenangkan diri dan membatasi komunikasi dengannya. Aku lebih banyak menghabiskan waktu di rumah sakit untuk menemani Luna.

Di suatu malam, disaat aku hanya berdua dengan Luna di sebuah kamar rumah sakit, ia menatapku dan bertanya padaku.

"Apakah di dunia ini ada seorang pria yang mau menikah dengan orang yang menyusahkan seperti aku ini yah?" Tanya Luna.

Aku mencoba menenangkannya dengan menjawabnya dengan serangkaian kata bijak yang pada intinya jika tuhan berkehendak siapapun bisa termasuk aku.

Kemudian Luna kembali bertanya padaku.

"Jika tuhan menuliskan takdir aku menikah denganmu, apakah itu hal yang mustahil?"

"Tak ada yang mustahil, sekalipun kita menolak mungkin Tuhan hanya tersenyum memberi isyarat bahwa yang telah ditakdirkan haruslah terjadi." Jawabku pada Luna.

"Bolehkah kita berpura-pura menjadi takdir itu? Meskipun hanya sementara apakah boleh untukku memiliki takdir yang telah Tuhan takdirkan bukan untukku?" Luna menatapku dengan raut wajah kesedihan.

Saat itu aku hanya tersenyum menatapnya. Entah mengapa aku sangat menyayangi Luna. Entah mengapa aku tiba-tiba mencium keningnya dengan penuh rasa sayang. Luna menutup mata dan mengeluarkan air mata kemudian berbalik membelakangiku hingga akhirnya ia tertidur.

Beberapa hari kemudian, disaat Luna telah agak baikan, aku menghubungi Sasa dan mengajaknya bertemu. Aku ingin menceritakan semuanya padanya namun disaat kamu bertemu bibirku tidak dapat menceritakannya.

Aku merasa ketakutan berkata jujur padanya. Aku merasa takut kehilangannya apabila ku katakan sekarang. Aku juga takut jika Sasa membenci Luna yang tidak bersalah dalam kisah ini. Aku hanya bisa tersenyum dan menatap Sasa meskipun sesekali kami bercanda seperti biasanya.

Hubunganku dan Sasa mulai membaik namun pada akhirnya sesuatu terjadi yang membuatku harus menghilang dari Sasa. Ini begitu jahat buat Sasa namun disatu sisi aku ingin berbuat sesuatu yang mungkin baik bagi Luna.

Suatu hari aku menemani Luna ke rumah sakit untuk memeriksa kondisi kepalanya. Dokter memberitahukan padaku bahwa dalam waktu dekat Luna harus menjalani operasi sebab jika tidak darah di kepalanya akan membeku dan kemungkinan terburuknya bisa mengakibatkan kematian.

Luna sudah mengetahui kondisinya itu sejak lama. Ia begitu pasrah menjalani hari hingga suatu hari ia memohon padaku agar dia tidak menjalani operasi. Aku sempat menolak namun ia menangis memohon dan menolak untuk di operasi.

Yang paling membuatku dilema adalah ketika Luna memohon untuk aku ada disaat terakhirnya. Ia ingin merasakan cinta dari seorang pria karena baginya ia sudah menganggapku saudara sekaligus ayah.

Disaat terakhir Luna begitu posesif padaku. Itu yang membuatku harus menghilang dari Sasa. Semua perhatianku harus untuk Luna dan itu semua kulakukan cuma sementara.

Hanya beberapa hari, kurang lebih seminggu aku menghilang dari kehidupan Sasa dan saat itu pula aku berada di kehidupan Luna. Hari itu Luna kembali mimisan. Kali ini darahnya begitu banyak hingga akhirnya ia tak sadarkan diri. Dengan cepat aku membawanya ke rumah sakit.

Sehari sebelum kejadian yang memilukan ini aku dan Luna sempat berada berdua di kamar kost. Luna tampak begitu senang dengan kehadiranku. Tak terlupakan di ingatanku disaat Luna memelukku tepat di waktu aku berdiri di hadapannya.

Tanganku tak terasa ikut memeluknya. Rasa ini, rasa yang tak pernah kurasakan. Ini seolah pelukan kasih sayang akan kehilangan. Aku kembali mencium keningnya dengan cukup lama sambil menutup mata merasakan kasih sayang ini.

Awalnya aku hanya berpura-pura menuruti semua inginnya namun disaat terakhir aku begitu menyayangi dan nyaman bersamanya. Hingga akhirnya tiba waktu dimana ia berada di rumah sakit untuk terakhir kalinya.

Dokter berkata padaku jika ia harus segera di operasi namun sangat kecil kemungkinan untuknya bisa bertahan. Setelah beberapa jam berjuang  akhirnya Luna menghembuskan nafas terakhir dan itu membuatku sangat sedih kehilangannya. Sungguh tangis ini begitu sakit terasa di hatiku.

Aku kehilangan seseorang yang membuatku merasakan kasih sayang dan mungkin tak lama lagi aku juga kehilangan orang yang selama ini menanti kabar dariku. Setelah pemakaman Luna aku kembali menjalani hari namun dengan perasaan yang berbeda.

Suatu hari, aku ingin menenangkan diri. Aku memutuskan untuk pergi ke sebuah alun-alun kota dimana disana ramai dengan jajanan. Saat itu terjadi sebuah tragedi yang membuatku sedikit heran.

Saat itu aku melihat Sasa bersama seorang pria. Mungkin saja itu adalah temannya namun yang menarik perhatianku ketika ku lihat Sasa menangis. Aku menghampirinya kemudian bertanya namun tiba-tiba pria itu memukulku.

Menurut mereka aku menduakan Sasa dengan seolah ia melihatku bersama wanita di tempat itu padahal aku ke alun-alun kota seorang diri. Ku pikir itu adalah ilusi mereka namun mungkin saja wanita ituu?? Ah sudahlah, ini saatnya aku berkata jujur pada Sasa mengenali yang terjadi selama ini.

Setelah kejadian itu, Sasa masih menerimaku dan percaya bahwa ada suatu alasan dibalik semua ini. Aku menceritakan semuanya dan Sasa percaya padaku. Aku dan Sasa pernah datang ke makam Luna bermaksud untuk memperkenalkan mereka meskipun mereka tak dapat bertemu.

Bagiku Luna adalah wanita yang mengajarkanku arti pentingnya perhatian dan kasih sayang kepada pasangan karena tak selamanya pasangan kita akan selalu ada di dunia ini. Sejak saat itu aku berjanji akan selalu ada untuk Sasa...


Jatuh Cinta Dengan Teman Angkatan II




"Katamu cinta? Selama seminggu kamu menghilang apakah itu namanya cinta?" Suaraku meninggi disaat berdebat dengan Riko.

Sejak saat itu ia jarang menghubungiku lagi bahkan untuk bertemu denganku ia selalu banyak alasan. 

Mungkin hal itu yang membuat hubungan kami menjadi tak sedekat dulu lagi. Sebuah komunikasi yang tak sehat, tanpa kabar, tanpa perhatian!! Ia tak lagi sama seperti dulu, beberapa teman juga bilang jika ia sedang dekat dengan seseorang dan bodohnya aku waktu itu yang tetap bertahan dengan harapan yang begitu besar padanya.

Namaku Sarinah, orang-orang bisa memanggilku dengan nama Sasa. Aku seorang mahasiswi tingkat akhir yang pernah tersesat di dalam rumitnya sebuah hubungan yang disebut..... Apa yah? Hahahaa....

Beberapa tahun yang lalu aku bertemu seorang cowok, tepatnya disaat aku mendaftar kuliah lebih tepatnya lagi mendaftar ulang atau menyetor berkas biodata yang telah diisi online. Sebenarnya itu hanya akal-akalan senior supaya bisa bertemu dengan Mahasiswa Baru alias Maba. 

Saat itu aku yang antri bertemu dengan seorang mahasiswa yang nantinya akan menjadi teman angkatan sekaligus menjadi orang yang membuat perasaanku begitu rumit. Yah, dia adalah Evan. Seorang mahasiswa yang banyak tanya meskipun ia belum kenal akrab denganku waktu itu.

Ini pertama kalinya aku bertemu dengan orang yang karakternya seperti Evan. Dia sedikit kekanakan, banyak tanya, dan tak pernah kehabisan pembahasan. Hal itu yang membuatku langsung akrab dengannya karena ia sedikit berbeda dari cowok yang ku kenal.

Singkat cerita. Dalam perkenalan singkat, kami begitu nyambung dan sama-sama konyol dan ceroboh. Saat bersamanya aku merasakan rasa nyaman yang tak pernah ku rasakan sebelumnya. 

Hanya dengan tiap kali bertemu dengannya saja aku bisa melupakan masalah atau kesedihan yang kurasa. Waktu itu aku harap kisah ini berakhir bahagia namun pada akhirnya aku memang tetap bahagia tapi dengan suasana yang berbeda. 

Suatu hari aku bertemu lagi dengan Riko. Kami jalan dan makan di suatu tempat di sebuah pusat perbelanjaan. Tatapan tulus dari Riko masih sama seperti disaat pertama kali aku bertemu dengannya. Nada bicara dan senyumnya juga masih tetap sama padaku.

Riko adalah orang yang begitu spesial bagiku. Dia adalah idolaku sejak kami masih duduk di bangku SMA. Ia adalah kakak kelasku yang menjadi pacarku. Namun setelah ia lulus sekolah dan melanjutkan kuliah, aku merasa ia sedikit berbeda dari segi perhatian.

Dengan pikiran positif, aku selalu beranggapan jika ia sibuk dengan tugas kampus. Setelah lulus sekolah aku pun melanjutkan kuliah dan aku memilih kampus yang juga satu kota dengan Riko, meskipun jarak kampus kami juga sedikit jauh.

Meskipun kami di kota yang sama namun kami sangat jarang bertemu. Jangankan bertemu untuk saling komunikasi saja sudah sangat jarang dan saat itu aku lebih sering menghabiskan waktu bersama Evan.

Yah dia Evan, seorang teman yang bisa dikatakan sefrekuensi denganku. Di masa-masa menjadi Mahasiswa Baru aku sering bersamanya. Ia bahkan rela ikut di hukum oleh senior apabila aku melakukan kesalahan atau kecerobohan seperti lupa mengerjakan tugas.

Hari-hari ku lalui dengan ceria bersama Evan. Kami pun mulai dekat dan ku lihat Evan cukup tau diri untuk menjaga jarak dan perasaan padaku. Awalnya aku tak merasakan sesuatu padanya hingga suatu hari akuuu dan diaa.... Singkatnya, bisa dibilang aku jatuh cinta pada orang yang tidak tepat dan di waktu yang tidak tepat pula!!. Aku jatuh cinta dengan teman angkatankuuu. Iyaaa itu adalah Evan!

Suatu malam aku mendapat kabar jika Riko dekat dengan seorang wanita yang tak lain temannya juga di kampus. Malam itu juga aku menelponnya namun Riko menyangkal hubungannya. Jujur ku akui aku masih sangat mencintai dan berharap pada Riko namun disisi lain Evan juga selalu ada untukku. Aku begitu egois membiarkan mereka masuk ke dalam kisah yang rumit ini.

Pernah suatu hari disaat aku butuh tempat untuk mencurahkan semua permasalahan ini Evan tiba-tiba menghubungiku. Katanya ia ingin ke kost ku. Dengan senang aku menyuruhnya datang karena kebetulan beberapa penghuni kost pulang kampung karena hari libur kuliah.

Tak lama Evan pun datang dan langsung masuk ke kamarku seolah menganggap kamarnya sendiri. Tanpa izin ia langsung menguasai tempat tidurku sambil menonton tv.

Saat itu aku lagi chat dengan Riko membahas kelanjutan pertengkaran kemarin. Jenuh dengan chat yang tanpa penyelesaian ini aku menuju ke arah Evan yang berada di kasur. 

Aku berbaring disampingnya dan ku ceritakan semua yang ku rasakan.Tampaknya ia begitu menyimak ceritaku dan fokus menatapku. Setelah ceritaku selesai ia masih menatapku tersenyum. 

Hufft... Sebenarnya ia juga begitu tampan namun hanya sedikit kekanakan. Baiklah, aku mengerti situasi seperti ini. You know what i think!! And no no noo!! We just kiss without hug or blablabla!!

Aku mencintai dua pria di waktu yang tidak tepat. Hubunganku dan Evan begitu tertutup rapat hingga saat ini. Tapi kami memutuskan untuk mengakhiri hubungan ini karena suatu hal.

Setelah setahun menjalin hubungan tersembunyi dengan Evan aku juga masih tetap menjalin hubungan dengan Riko meskipun kadang kami kembali baik dan kembali bertengkar lagi. 

Suatu hari aku dan Evan lagi jalan di sebuah alun-alun kota yang menyediakan banyak jajanan anak muda. Dari jauh aku melihat Riko yang sedang jalan dengan seorang wanita. Aku rasanya ingin mendatangi mereka namun aku juga takut karena saat ini aku bersama Evan.

Evan dan Riko belum pernah bertemu namu Evan tau wajah Riko dari fotonya yang ada ponselku. Evan menyadari yang kurasa, kami berusaha menghindar namun tetap aku selalu ingin melihat Riko yang begitu mesra bergabdengan dengan seorang wanita.

Tanpa sadar aku menangis begitu sedih....
Kesedihan yang kurasa begitu dalam. Aku sedih karena melihat Riko dengan wanita lain dan aku juga sangat sedih karena menyadari kesalahanku yang selama ini juga mendua. Aku kasihan pada diriku yang dikhianati, aku kasihan pada Riko yang ku khianati dan aku juga kasihan pada Evan yang aakkhhh.....!!!

Aku yang sedang menangis tiba-tiba terlihat oleh Riko. Ia menghampiri kami, aku begitu panik dan cemas hingga merasa sedikit sesak.

Riko menatap Evan sambil menanyakan sebab aku menangis. Evan tak menjawab dan tanpa basa-basi langsung menghantam wajah Riko berkali-kali dengan keras hingga Riko terjatuh kesakitan. 

"Itu adalah jawaban dari pertanyaanmu! Orang yang selama ini menanti kabar dan perhatianmu kamu balas dengan menduakannya!" Teriak Evan.

Seketika suasana jadi ricuh. Aku berlari melerai mereka dan tanpa sadaar aku memeluk Riko untuk menghalangi Evan yang kembali ingin menyerang Riko.

"Cukup Evan!! Cukuup!! Teriakku dengan tangis yang pecah sambil memeluk Riko.

"Tapi Sasa... Dia ituu... Sudahlah ayo kita pergi dari sini." Ajak Evan.

"Kamu yang pergi dari sini..!! Tinggalkan kami!! Aku tak ingin melihatmu lagi!!" Aku begitu sedih melihat Riko kesakitan.

Sejak kejadian itu aku tak lagi saling berhubungan dengan Evan. Saat itu juga Riko meminta maaf dan menjelaskan segalanya padaku. Dari pengakuan Riko, ternyata selama ini ada sebuah alasan mengapa ia menjauh dariku.

Selama ini aku yang bersalah karena telah menduakan Riko dan memberi harapan pada Evan. Saat ini aku dan Riko kembali menjalin hubungan yang baik dan menyelesaikan permasalahan yang telah terkoyak sebelumnya.

Maafkan aku Evan... Jujur aku juga mencintaimu. Kamu memang selalu ada untukku namun sampai saat ini masih Riko yang selalu ada di hatiku. :(

Selama ini alasan Riko melakukan semua ini karena ada suatu hal yang mengharuskan ia menjauhiku dan itu akan dijelaskan sendiri olehnya...

Jatuh Cinta Dengan Teman Angkatan I




Kampus... Tempat dimana sebagian orang menganggapnya tempat yang menakutkan dan membosankan. Bukan dari mata kuliahnya melainkan pengkaderan dan seniornya.

Tapi dibalik penderitaan menjadi mahasiswa ada rasa yang rumit lebih dari kisah anak SMA banggakan yaitu jatuh cinta dengan teman angkatan.

Aku Evan, seorang pria yang penuh penyesalan hanya karena memendam rasa pada seorang wanita yang telah mempunyai pasangan. Yah, memang bodoh dan tidak baik jika memendam rasa pada seseorang apalagi teman yang sudah dimiliki oleh orang lain.

Aku mengenal seorang wanita, namanya Sarinah. Teman-teman biasa memanggilnya Sasa. Dia adalah teman angkatan yang juga satu jurusan denganku di kampus. 

Kami sudah saling mengenal sekitar 3 tahun yang lalu. Tepatnya ketika kami masih menjadi Mahasiswa Baru atau biasa disebut Maba. Kebetulan ia adalah teman wanita pertama yang aku kenal saat itu.

Kami bertemu disaat antri di sebuah antrian untuk pendaftatan ulang calon mahasiswa baru. Sejak saat itu kami akrab dan saling memperkenalkan diri. 

Hampir tiap hari kami selalu bertemu dan sering jalan berdua karena kebetulan kami belum mengenal banyak teman angkatan kami. Disaat bersamanya aku diam-diam sering memperhatikan wajahnya yang cantik. 

Dia selalu tertawa lepas dengan tingkah dan candaanku meskipun itu hanya candaan kecil. Aduh, bagiku dia begitu sempurna dan aku memendam rasa padanya. Aku jatuh cinta namun tak ku ungkapkan hanya karena takut dan sudah pasti ditolak dan aku juga takut jika pertemanan kami rusak.

Sasa tidak pernah peka dengan sinyal yang kuberikan padanya. Tentu saja ia tidak pernah peduli dengan sinyal yang kuberikan karena sebelumnya sudah ada yang telah mengisi hatinya jauh sebelum bertemu denganku.

Aku menyadari jika aku hanyalah orang yang mengisi keseharian Sasa disaat ia bosan dan butuh teman. Akhir-akhir ini kami selalu bersama namun tanpa ikatan. Aku terkadang merasa bersalah jika harus memaksa hadis cantik ini untuk mendua meskipun aku siap untuk menjadi yang kedua.

Cowok mana yang tidak baper jika si cewek begitu nyambung dalam segala hal, bahkan termasuk dalam hal tingkah konyol. 

Pernah suatu hari aku datang ke kostnya ketika hari itu tak ada jadwal pengumpulan pengkaderan. Tanpa canggung aku langsung melompat ke atas kasur tempatnya tidur. Saat itu kostnya lagi sepi karena hari libur dan bisa dibilang kost Sasa itu bebas asal sopan. Sasa hanya duduk di sebuah kursi kecil sambil menatapku tersenyum sedikit mengejek.

Sambil menonton tv diatas kasur aku berbaring dengan santai. Tak lama kemudian Sasa menghampiriku dan mendorong tubuhku seolah memberi isyarat bahwa ia juga butuh tempat untuk berbaring sambil membalas chat pacarnya.

Saat itu kami baring di kasur yang sama namun dengan aktifitas masing-masing. Aku menonton tv dan dia lagi sibuk dengan chatnya. Namun tak lama kemudian ia berbalik ke arahku sambil menceritakan masalah hubungannya.

Pacar Sasa juga seorang mahasiswa namun setahun lebih tua. Katanya ia adalah seorang ketua komunitas di kampusnya dan itu adalah salah satu alasan mereka jarang bertemu. Dibanding dengan pacarnya katanya aku lebih sering bersamanya.

Aku tak pernah berani untuk mengeluarkan pendapat dalam masalah hubungan Sasa dengan pacarnya. Aku takut jika ia beranggapan jika aku mencari kesempatan dalam mendekatinya. Aku hanya mendengar sambil menatap wajahnya.

Saat itu wajahku dan wajahnya hanya berjarak dua jengkal. Bahkan aroma nafasnya bisa terasa. Aku tak begitu peduli dengan curhatannya karena menatap wajahnya yang cantik. 

Saat itu pikiranku traveling kemana-mana. Aku berharap ia menutup mata dan menghampiri ku. You know? Tak selamanya ekspektasi itu tidak sesuai dengan kenyataan and you know lah what we do!

Semenjak tragedi itu, kisah kami dimulai. Kisah yang sedikit rumit namun banyak rasa nikmatnya. Entah apa nama dari hubungan ini. Tak ada teman atau senior kami yang mengetahui hubungan ini. Kami merahasiakannya dari siapapun. 

Tanpa mengatakan cinta, aku menjalani hubungan yang rumit. Di satu sisi Sasa harus membagi rasa dengan dua orang pria namun aku merasa jika aku pemenangnya sebab yang ada di hati akan tergantikan dengan yang selalu ada di setiap waktu.

Hubungan kami begitu mulus selama setahun hingga akhirnya harus kandas karena sesuatu. Di kisah selanjutnya biarlah Sasa yang akan menceritakan dengan sudut pandang dan perasaannya.