Contact : WA 089653002233 | Instagram : @rhyfhad


KLIK PLAY MUSIK

Rabu, 10 Oktober 2018

AKU HANYA "wanita" DRIVER OJEK ONLINE! [Bagian VI]



     Pukul 16:48, sore itu di taman. 

"Lebih baik aku yang duluan datang daripada harus membuat orang menunggu lama"

     Aku berjalan menatap sudut taman. Tidak banyak yang berubah dari Taman ini hanya saja ada beberapa tambahan bunga dan tembok tempat duduk dan di sebelah sini tempat dulu aku pertama kali.... Saat aku menatap tempat itu aku melihat..

"Itu kan Iyan?" Ucapku dalam hati.

     Kemudian aku menghampirinya dan memang benar itu adalah Iyan.

"Arin?" Menatap dengan senyuman. 

"Hmmm... Kamu disini sudah lama?" Jawabku sedikit jutek.

"Tidak juga, Aku sengaja datang cepat supaya kamu tidak menunggu dan aku juga ingin bernostalgia lebih lama dengan tempat ini" Jawabnya masih dengan senyum yang sama.

"Oh begitu" 

     Kemudian aku duduk di samping Iyan. Kami duduk bersebelahan dengan jarak yang cukup dekat namun pandangan kami lurus kedepan seolah menatap pohon yang tao jauh berada di depan kami.

"Rin kamu masih ingat disaat kita pertama kali bertemu disini?" Tanya Iyan.

"Iya aku ingat" Jawabku singkat.

"Saat itu aku bersama adik ku yang bersepeda dan..." 

     Kemudian aku memotong dan melanjutkan perkataannya.

"Fina saat itu terjatuh dan menangis, kamu marah sama Fina kemudian dia tambah menangis, untung ada aku yang bisa menenangkannya" Sambil melanjutkan.

"Kamu tuh yah tidak pernah mengerti perasaan wanita termasuk adik sendiri, mungkin saja sampai saat ini kamu masih sering marah ke Fina yah?" 

"Kamu masih ingat? Sekarang Fina sudah besar bukan anak kecil lagi, terkadang dia menggodaku dengan menyebut nama mu" Kata Iyan yang tersenyum berbalik menatapku.

"Iya, Sekarang Fina sudah besar dan cantik sungguh tak terasa" Kemudian tanpa sadar aku pun berbalik dan ikut tersenyum.

"Memang kamu pernah ketemu sama Fina?" Iyan heran.

"Iya.. sebelum kesini aku dapat orderan dan kebetulan itu adalah Fina, selama di perjalanan kami bercerita beberapa hal" Sesekali aku menghela nafas panjang.

"Mungkin dia juga merasakan bagaiamana rasanya pertama kali bertemu dengan kamu Rin"

"Rasa apa? Kami sesama wanita kalau ketemu selalu ceria dan cerita  gak pakai baper-baperan" Kataku dengan menatapnya.

"Hahaha... Iya kamu dan Fina kan selalu akrab dan cerewet dari duluu"

     Kemudian beberapa detik tiba-tiba menjadi hening seolah tak ada lagi pembahasan tapi kemudian Iyan berkata.

"Hmm.. Rinn... Apakah kamu begitu dendam dengan aku?Apakah masih ada pintu maaf untuk ku? dan Masih bolehkah aku menyimpan rasa ini? Rasa yang tak pernah berubah kepadamu Rin?"

"Aku sudah menganggap masalah ini selesai, kan kita sudah bahas lewat chat? Kalau masih mau bahas ini lebih baik aku pergi, aku tidak mau menghabiskan waktuku hanya untuk pembahasan yang berulang" Jawabku.

"Iya Rin tapi sebelumnya kamu jawab dulu, aku ingin mendengar jawaban dari suaramu" Kata Iyan yang memohon.

"Iyan aku kan sudah bilang aku tak lagi ada dendam denganmu, kalau kecewa itu memang benar adanya, sebelum kamu minta maaf aku sudah memaafkanmu dan selama ini... Aku terus belajar Ikhlas namun hingga saat ini aku belum bisa Iyan, aku masih menyimpan rasa ini seperti kamu yang juga masih menyimpannya dan ini salah satu alasan mengapa aku masih memilih untuk sendiri" Dengan mata yang berkaca-kaca aku pun melanjutkan.

"Tapi Iyan.. kita harus sadar dan mengerti bahwa ini tidak akan pernah bisa lagi... Kamu sudah punya Istri, kamu harus mengerti perasaannya. Aku adalah wanita dan aku tau persis bagaimana rasa seorang wanita. Cukup aku yang merasakan ini, cukup aku yang kau buat seperti ini, aku tak ingin Istrimu merasakannya juga. Mungkin saja disaat ini dia lagi sayang-sayangnya dengan suaminya dan coba kamu bayangkan jika Istrimu tau kalau kamu mengkhianatinya?"

"Iya Rin aku mengerti" Kata Iyan dan aku tetap melanjutkan apa yang ingin aku katakan.

"Apakah kamu berharap dan berpikir jika melepaskan seseorang yang sudah pasti demi yang belum pasti itu bisa membuatmu bahagia? Belum tentu Iyan! Jika kamu berharap ingin membangun rasa lagi padaku itu semua tidak akan pernah terjadi meskipun kamu melepaskan hubungan dengan Istri dan Anakmu tetap saja takkan bisa merubah apapun dan aku juga takkan pernah bisa menerima dan memaafkanmu jika itu yang terjadi" Kemudian beberapa tetes air mata pun jatuh ke pipiku.

"Aku juga menyadari semua itu Rin, Aku tidak akan pernah melakukan kesalahan yang sama namun saat ini aku hanya merasa bahagia bisa kembali bertemu denganmu Rin dan juga aku ingin meluruskan kesalahpahaman kita selama ini Rin, Dari dulu hingga saat ini rasa cintaku padamu tetap sama namun karena demi Anak dan Istriku ku aku membatasi rasa ini Rin" 

     Kemudian Iyan melanjutkan.

"Rinn harus kamu ketahui jika aku melakukan semua ini demi rasa Cinta.. Cintaku kepadamu dan Cintaku kepada Orangtuaku, Saat itu aku bingung Rin hingga akhirnya aku lebih memilih Cintaku kepada Orangtuaku bukannya aku tidak mencintaimu Rin tapi disaat itu aku benar-benar bingung Rin dengan perjodohanku" Ungkap Iyan dengan sedih penuh penyesalan.

"Kenapa dulu kamu tidak menceritakan ini padaku? Kenapa disaat kita tak lagi ada komunikasi kamu baru mau mencari dan menceritakan semua padaku?" Tangisku pun tak dapat tertahankan.

     Aku menangis bukan hanya merasa sedih namun juga karena bahagia bisa bertemu dan mendengar yang sebenarnya dari Iyan.

"Saat itu aku tak bisa berpikir jernih Rin, Waktu itu Ibu juga mengetahui hubungan kita Rin kalau setuju iya dia menang setuju. Tapi Rinn.. Jauh sebelum kita ketemu Ibu pernah berjanji pada orangtua Inayah Istriku untuk menikahkan aku dengan Inayah" 

"Jadi disaat Ibu Inayah masih hidup saat itu dia bersahabat dengan Ibuku hingga akhirnya Ibu Inayah sakit dan diakhir hayatnya dia berpsesan ke Ibuku untuk tetap menjaga anak semata wayangnya saat itu Ibu berjanji akan menganggap Inayah sebagai anaknya sendiri. Bahkan Ibuku bersumpah dan berjanji untuk menikahkan Inayah denganku supaya Inayah tetap berada di dekatnya sebagai anak"

"Aku sudah menganggap Inayah sebagai Kakak ku sendiri. Ibu juga tidak pernah bercerita tentang hal itu hingga dia memutuskan untuk menikahkan kami barulah dia bercerita tentang kejadian itu"

     Seperti itulah kejadian yang sebenarnya yang selama ini tidak pernah aku pahami. Aku seketika merasa sangat bersalah dan semakin tak dapat mengendalikan tangis dan air mataku. Aku tak dapat membahasakan apa yang kurasakan saat ini. Aku hanya bisa menangis tersedu dan berusaha menenangkan diri untuk dapat berbicara kepada Iyan.

"Iyan aku yang harusnya meminta maaf pada kalian. Aku juga sangat merasa bersalah dengan Ibumu.. Ibu mu pasti merasa sedih ketika aku hadir dihidupmu saat itu. Ibumu pasti merasa jika aku menjauhkan hubungannya dengan Inayah jika aku tetap dekat denganmu, Ibumu tidak ingin kehilangan anak-anaknya yang dia sayangi makanya dia mengambil keputusan ini. Selama ini aku salah dalam berpikir Iyan" Ucapku dengan tersedu-sedu.

"Saat itu aku sangat kebingungan sangat sulit untuk menjelaskannya padamu.. Aku hanya bisa mencoba menyemangatimu, aku tak sanggup bertemu denganmu Rinn dan hanya bisa menyampaikan beberapa kata melalui pesan singkat. Maafkan aku Arin.. Maaf... Aku mencintaimu... Akuu minta maaf Rinn..." Iyan pun tak kuasa menahan kesedihannya dan juga menangis tersedu.

      Kami berdua meneteskan air mata yang tertahan selama ini. Kemudian aku berusaha kembali berbicara padanya.

"Ini bukan salah kamu Iyan dan ini juga buka salah siapa-siapa, Kita tidak harus menyalahkan apalagi mengutuk siapapun apalagi harus menyalahkan takdir. Meskipun kita memohon dan berharap kepada tuhan ini takkan bisa merubah apapun Iyan" Aku berusaha tersenyum meskipun masih tersisa air mata.

"Iya Rinn, mungkin tuhan hanya bisa tersenyum menggelengkan kepala ketika kita meminta untuk merubah takdir yang telah Ia tuliskan" Iyan pun kembali tersenyum.

     Aku hanya bisa membalas senyum Iyan sambil menatap wajahnya yang ku rindukan.

"Akhirnya aku merasa legah bisa menceritakan semuanya kepadamu Rin. Aku sangat senang dan bahagia bisa mengenal dan bisa sempat memilikimu" Tampak senyum bahagia di wajah Iyan.

"Iya Iyan aku juga demikian, aku harap setelah ini hubungan kita baik-baik saja dan tetap bisa menjadi teman"

"Iyan mau kah kamu juga memaafkanku? dan mari kita lupakan masa lalu kita" Ucapku yang tersenyum tulus padanya.

"Iya Arin, mari kita saling memaafkan dan mari kita melangkah dari masa lalu" Balas Iyan dengan senyum yang tulus.

     Setelah itu kami pun bercerita beberapa hal di masa lalu. Beberapa hal yang menyenangkan dan yang lucu. Kami pun kembali akrab tertawa dan senyum lagi.

     Pukul 17:20, tanpa terasa kali ini waktu begitu cepat berlalu bagiku.

"Iyan sudah sore dan hampir malam, Aku juga mau pulang istirahat kalau ada waktu dan tenaga biasanya aku lanjut sampai malam" 

"Iya Rinn, Terimakasih banyak sudah bisa mendengar dan memaafkan serta meluruskan semua kesalahan kita di masa lalu" Menatapku dengan senyumnya.

"Kalau begitu aku juga pamit Rinn.. Ehh. Apakah ini pertemuan kita yang terakhir Rin?" Tanya Iyan.

"Hmm.. Menurutmu bagaimana? hahaha.." Jawabku dengan nada meledek.
"Semoga ini bukan yang terakhir, lain kali kalau ada kesempatan kita ketemu lagi yah Rin" 

"Iya tapi kamu ajak Istri dan Anak Cantikmu itu yahh!" Sambil berlari kecil aku menjawabnya.

"Iyaa Rinn!! Sampai jumpa lagi!!Hati-hati di jalan Rin dan tetap semangat!" Teriak Iyan.

"Iya Iyan kamu juga..!! Semangat! Daahh!!"

"Iyan tahukah kamu jika dibalik helem ini aku meneteskan air mata, entah ini air mata apa? Aku senang bisa bertemu lagi denganmu, Terimakasih dan Maafkan aku" Ucapku dalam hati sambil ku tatap dirimu di kejauhan.

     Setelah percakapan itu aku melangkah dengan rasa sedih dan haru namun disaat yang sama aku juga merasa sangat bahagia dan legah bisa saling memaafkan. Hidupku bagaikan terlahir kembali.

     Kenapa selama ini aku tidak pernah tau? Kenapa selama ini aku tidak pernah mencari tau? Kenapa selama ini aku tidak pernah bisa merelakan? Kenapa?? Kenapa baru sekarang? 

     Inilah hidup dan inilah takdir. Aku tak akan lagi tertinggal di masa lalu dan aku tak akan lagi mengembara terlalu jauh ke masa depan, aku hanya ingin berada disini saat ini. Saat dimana aku menikmati hidupku dan menanti takdir yang telah dituliskan oleh sang pencipta.

Selesai

Kalau ada ide baru lagi cerita ini akan dilanjutkan.

1 komentar:

  1. Hai! Saya baru berkunjung ke sini. Terima kasih sudah blogwalking ke blog saya. Btw, kok, gak aktif menulis lagi? :)

    BalasHapus