Contact : WA 089653002233 | Instagram : @rhyfhad


KLIK PLAY MUSIK

Senin, 10 April 2017

SEPERTI SEHARUSNYA (Takdirku)




Beberapa temanku berkata jika aku ini adalah seorang wanita yang sedikit aneh. Sebagian teman juga berkata jika aku ini berbeda dengan mereka. Bukan karena aku tak secantik mereka bukan pula karena aku tak secerdas mereka, katanya aku ini tak seperti wanita lainnya yang suka berdandan, berpakaian rapi atau memakai gaun. Sampai beberapa teman juga bertanya tentang perasaanku kepada seorang pria. Jujur ku katakan aku ini normal, aku juga punya perasaan yang sama dengan wanita yang lainnya disaat melihat pria tampan, namun yang membedakan aku tak terbiasa histeris berteriak atau membahasakan kekaguman terhadap sesama ciptaan tuhan.

Mungkin sifat tak peduli terhadap penampilan ini karena beberapa saudaraku adalah pria dan satu-satunya wanita itu adalah aku. Dari semenjak kecil itulah aku selalu berada di tengah pria bahkan hingga saat ini aku selalu ingin meniru penampilan semua kakak ku yang menurutku keren. Bahkan tak jarang aku memakai baju kaos milik mereka hingga celana jeans mereka pun pernah aku pakai. Mereka tak pernah marah atau menyalahkanku bahkan mereka yang sewaktu aku kecil dulu selalu mendandaniku bagaikan anak band yang popular pada jamannya. Sering memakai baju pria bukan berarti aku ini tomboy atau tidak mempunyai sifat feminim, dalam hal memasak dan mebersihkan adalah keahlianku. Semua saudaraku memperebutkanku untuk tinggal bersamanya dengan berbagai macam janji hanya untuk bisa mengurusnya di kost dan kontrakannya atau menjadi pengasuh anaknya.

Hingga saat ini aku lebih memilih untuk tinggal bersama ibu karena semenjak kepergian ayah aku merasa sangat kehilangan dan aku mengerti kesedihan yang dirasakan ibuku. Saat ini aku sudah kuliah di salah satu perguruan tinggi yang mempelajari tentang otonomi meskipun aku ini ahli dalam ekonomi namun yang sebenarnya punya impian belajar tentang anatomi.


Seperti mahasiswi muslim pada umumnya aku ke kampus menggunakan jilbab meskipun tanpa model kekinian. Aku paling senang menggunakan baju kaos lengan panjang meskipun aku harus membeli baju kaos lengan pendek yang keren aku tetap memakai lengan panjang sebagai dalamannya. Masalah celana, aku suka memakai jeans atau terkadang aku memakai rok juga walaupun beberapa teman bilang kalau kurang nyambung atau tidak sesuai warna aku jarang peduli.

Di kampus aku kebanyakan bergaul dengan beberapa pria karena bagiku berteman dengan pria itu asik tak banyak dramanya dan tak banyak saling menilai penampilannya. Karena kebanyakan bergaul dengan pria sampai akhirnya aku kurang peka terhadap rasa cinta seseorang kepadaku. Aku tak pernah membedakan perlakuanku kepada beberapa pria hingga akhirnya salah satu temanku pernah bercerita padaku jika beberapa pria sempat menyukaiku namun karena sikapku kepada pria yang lainnya juga sama maka dia perlahan mundur.

Suatu hari di sudut koridor kampus aku berdiam diri sejenak merasakan angin sore tiba-tiba dari arah samping seorang teman pria dengan rambut gondrong duduk menyapaku. Sore itu aku tiba-tiba saja ingin menceritakan tentang kerinduanku kepada ayah, dengan setia dia mendengarkan bahkan turut bersedih melihatku bersedih. Diantara banyaknya pria yang mempunyai rambut panjang dia adalah salah satu yang mempunyai rambut lurus hitam kira-kira sampai ketek. Wajahnya putih tak berkumis sama sekali tidak seram bahkan beberapa orang mengira dia wanita termasuk ibuku ketika melihatnya datang ke rumah untuk menjemputku.

Dia adalah sahabatku walaupun sebenarnya senior 2 tahun lebih tua dariku. Sudah hampir 3 tahun aku mengenalnya, dia baik, lucu dan mempunyai banyak pertanyaan baru yang jawabannya kadang menggoda membuat terpesona kadang pula mengejek dan menjengkelkan.

Diantara beberapa pria dia tak pernah sekalipun menunjukan perhatian berlebih terhadapku berbeda dengan beberapa lainnya yang terkadang membuatku risih dengan perhatian seakan aku ini istri nya yang harus ikut saran, nasehat dan ceramahnya.

Beberapa hari yang lalu aku melihatnya si gondrong itu begitu dekat denga wanita yang sebenarnya juga adalah temanku. Seketika aku sadar jika perasaan ini merasakan cemburu dan ketika salah satu temanku berkata jika mereka saling suka maka perasaan ini semakin bersedih. Aku sadar diri jika aku ini tak pantas bagi pria manapun, aku berbeda dari wanita lainnya, aku tak punya selera bergaya, aku tak secantik mereka.

Akhir-akhir ini aku mencoba untuk berdandan layaknya wanita. Ketika aku melihat diriku di hadapan cermin aku terlihat sangat aneh sangat jauh dari kata keren dan simple. Ini aneh hanya karena merasa cemburu dijauhi oleh teman gondrongku itu aku ingin merubah penampilan. Sempat aku berpikir apakah aku ini suka dengannya? Dengan cepat pula aku menjawab diriku dengan berkata iyaa aku memang menyukainya.

Setelah beberapa lama tidak memunculkan diri dihadapan teman-teman akhirnya aku kembali menemui mereka dan tak lupa aku mencari teman gondrongku yang membuatku merasakan cemburu. Disaat aku bertanya kepada teman-teman tentang keberadaannya salah satu teman berkata dia sudah mati meskipun dia bercanda tapi sontak hatiku panik dan bersedih namun setelah itu sepatu sebelah kanan milikku melayang ke arah temanku itu.

Disaat beberapa hari tak bertemu teman-teman katanya si gondrong cantik ini sudah penelitian skripsi dan kata beberapa teman ternyata dia juga sudah memotong rambut panjangnya. Aku jadi tak sabar ingin melihat dan mengejeknya.

Tak terasa minggu depan tiba saatnya libur semester yang sangat panjang aku memutuskan untuk berkunjung ke rumah saudaraku yang lumayan cukup jauh. Setelah seminggu berlalu aku mendapat telepon dari si gondrong cantik ituuu.. katanya besok lusa dia sudah siap untuk ujian skripsi. Wah.. hebat.. aku merasa bangga padanya namun aku merasa sedih tak bisa hadir disaat dia ujian.

Tak terasa 2 bulan berlalu aku kembali ke kampus untuk mengurus beberapa mata kuliah, pembayaran dan lain-lain. Di sebuah parkiran samping fakultas tempat biasanya aku memarkir si putih (sebutan motorku) tanpa sengaja aku menabrak salah satu juniorku. Seperti biasa senior selalu benar.. dia pun meminta maaf namun setelah aku membuka helm bermaksud ingin berkata iya dengan singkat dan judes dia berkata “Fiony?” (Namaku adalah Fiony aku adalah (Baca Paragraf Awal Hingga Akhir) ) sambil senyum malu penuh aura aku menjawab “Iya.. Maaf mas ehh kak” buset dia pasti salah satu senior tapi ya tuhan dia tampan berbeda dengan mahasiswa modern yang bergaya klasik di fakultas ini.

Beberapa detik keheningan saling menatap dia tersenyum dan berkata “Kamu darimana selama ini? Baru kelihatan.” tanpa ekspresi dalam hati aku berkata jika orang ini kok sok kenal yah tapi ya tuhann.. ohh.. lee min ho, ohh.. soon joon kie maafkan aku harus berpaling darimu karena orang ini.

Dengan tatapan kosong ke arahnya dia melambaikan tangan dan berkata “Hey nonaa.. ini aku Rio..”

Aku sangat kaget dan heran “Hehh.. kaa..” belum selesai ucapanku dia merangkul dan mengajakku berjalan sambil berbisik “Rindu tak melihatmu selama ini, hahaha..”

Benarkah yang kulihat saat ini? Pria gondrong cantik itu setampan ini dengan rambut pendek dan berpakaian serapi ini? Kenapa tangannya yang merangkulku rasanya beda? Ini geli dan aku malu.. ohh tuhaann aku jatuh cintaa aku siap menjadi istrinyaa... jodohkanlah aku ya tuhaann…

“Ehh Fiony aku ada sesuatu buat kamu”
“Apa itu?” berusaha menjawab sefeminim dan sehalus ratu.
“Surat cinta, hahaha…” sambil memberi surat berupa undangan.
“Apa ini? Kamu jangan bercanda” masih tetap ramah lembut mode on.
“Ini undangan wisuda dan malam ramah tamah, aku ingin kamu datang, aku ingin memberinya kepada orang yang menurutku dekat denganku namun yang paling dekat itu adalah kamu dan seharusnya memang kamu” Ucapnya dengan serius memandangku.
“Untukku? Iyaa iyaa.. aku datang kok…” dan mode penghancur pun kembali muncul.

Setelah hari itu komunikasi kami lebih sering terjadi pertemuan dan saling berhubungan melalui telepon dan media sosialpun lebih aktif. Kali ini berbeda dengan dulu yang saling mencela dan mengejek kini seolah lebih sopan dan malu-malu. Aku kadang berharap dia mau berbicara tentang masa depannya bersamaku daripada harus sering terdiam karena kehabisan pembahasan.

Hari demi hari berlalu rumput dan daun tumbuh subur begitu juga dengan perasaan ini. Tak lama lagi acara ramah tamah itu, sejak beberapa hari yang lalu aku selalu belajar bagaimana menjadi wanita yang seutuhnya. Dengan bantuan ibu yang penuh kasih sayang aku mulai belajar berdandan, bersikap dan berpakaian.

Pada akhirnya tiba saatnya aku menghadiri acara malam ramah tamah itu, tepat pada malam ini aku harus tampil maksimal dan lagi-lagi dengan bantuan ibu yang penuh kasih sayang aku berdandan dan berpakaian layaknya seorang putri Indonesia. Tidak berselang lama Rio datang menjemputku. Sesaat aku merasa gugup setelah selesai berpakaian, ibu hanya tersenyum mengangguk sambil berkata jika aku sangat cantik.

Saat itu aku menuju ke halaman rumah bermaksud menyapa Rio namun saat aku membuka pintu dan keluar dari rumah Rio menatapku dengan senyum tulus penuh kebahagiaan. Sumpah aku sangat merasa malu untuk pertama kali dalam hidupku seseorang memperlakukanku begitu istimewa, mulai dari depan pagar rumah, depan pintu mobil hingga masuk ke dalam mobil aku begitu merasa malu.

Dalam perjalanan menuju gedung tempat acara itu aku hanya bisa terdiam malu hingga akhirnya dia tersenyum dan memujiku sambil menyentuh pipiku dengan jari telunjuknya. Saat itu aku tersenyum sedikit marah pura-pura ngambek namun disaat yang sama aku sangat senang. Ingin rasanya tangan ini memeluknya namun tiba-tiba dari arah berlawanan sebuah mobil bus dengan kecepatan tinggi menabrak kami dan ahh.. maaf itu hanya khayalanku kalau kami mati dalam cerita ini maka kisahku dan dia hanya sampai disini dong, hahaha… jadi begini, singkat kata, selama perjalanan kami saling menggoda, mengejek dan sesekali saling memuji tanpa ada kisskiss atau hughug dan kami juga selamat sampai tujuan.

Mungkin aku tak perlu bercerita banyak atau mendetail tentang acara malam ramah tamah itu. Jika aku bercerita tentang acara ini mungkin kalian akan membaca tentang siapa yang memberi kata sambutan, pidato atau tentang percakapanku bersama teman-temanku ataupun tentang busana beberapa orang yang ingin aku ceritakan. Jika aku menceritakan secara mendetail maka beberapa menit waktu berharga serta tenaga anda terbuang percuma.

Singkat cerita pada malam itu, sebagian pandangan atau sorotan dari tamu khususnya teman, kenalan dan dosen malam itu tertuju padaku. Beberapa orang tak mengenaliku, beberapa juga sangat senang dengan penampilanku dan sebagian teman yang pernah berkata aku sedikit aneh bahkan memuji dan selalu ingin berada dan berbicara denganku. Sisa dari cerita bagian ini hanya saat makan dan berfoto bersama teman-teman yang lainnya. Aku dan Rio juga tak jarang berfoto bersama kalau ada moment dan kesempatan kami menyempatkan diri untuk berfoto. Hingga akhir dari acara itu tak ada acara katakan cinta atau lamar melamar ini tak seperti pikiran kalian.

Tiba saatnya kami harus berpisah dari teman-teman aku dan Rio juga pamit untuk pulang. Setibanya aku di rumah entah kebetulan saat itu ibu  berada tepat di dekat pagar rumah, iya benar ini adalah ibu aku melihat kakinya juga masih menginjak tanah kok. Dengan ramah ibu mempersilahkan Rio masuk, entah apa yang merasuki pikiran Rio saat itu tanpa merasa berdosa dia masuk ke dalam rumah tepatnya di ruang tamu sambil duduk manis senyum-senyum. Sebenarnya juga Rio dari dulu sering main ke rumah bahkan mandi dan makan juga pernah disini tapi bagiku kali ini semua sudah terasa berbeda.

Malam itu aku tidak begitu peduli, aku menuju ke kamar untuk berganti pakaian namun setelah aku berada di kamar yang jaraknya hanya beberapa inchi dari ruang tamu aku mendengar percakapan Ibu dan Rio. Inti dari percakapan mereka begini, Ibu bertanya kepada Rio tentang rencananya kedepan mungkinmaksud ibu  tentang pekerjaan  atau kelanjutan study namun entah Rio ini paham atau tidak dia malah menjawab ingin menjadi imam dan menikah tapi sebenarnya aku selalu berharap yang dia maksud itu adalah You know what I mean. Singkatnya lagi dalam percakapan itu ibu setuju dengan semua ucapan Rio. Kata ibu menikah itu adalah suatu penghubung pintu rejeki, semua orang punya rejekinya masing-masing dan semoga dengan pernikahan pintu rejekinya bisa terbuka lebar. Dan kata bijak paling super dari ibu malam itu seperti ini, Jodoh itu kita yang cari, Orangtua yang merestui dan Allah swt yang meridhoi jangan dibalik-balik. Aku terharu dengan perkataan ibu malam itu dengan suaranya yang lembut namun sedikit keras seolah ingin memperdengarkanku.

Disaat bersamaan kala ibu bertanya kepada Rio tentang siapa wanita beruntung yang ingin dia nikahi saat itu pula aku keluar dari kamar dengan menggunakan pakaian tidur (Sebut saja daster) dan disaat yang sama Rio menatapku sambil tersenyum, menjawab dan menunjuk menggunakan wajahnya “yang itu.. Anak tante..”

Sebenarnya aku malu karena bagiku dihadapan ibu aku selalu merasa sebagai anak kecil. Dengan mata yang melotot ke arah Rio aku menjulurkan kepalan tangan seolah mengancam ingin meninju. Saat itu ibu menegurku dengan beberapa kata bijaknya akhirnya aku mengalah dan duduk disampingnya. Entah apa yang ada dipikiran dan perasaanku saat itu, aku merasa sangat malu disatu sisi aku juga merasa sangat senang dan bangga dengan seorang pria yang memberanikan diri mengatakan perasaannya kepadaku melalui orangtuaku.

Setelah beberapa lama ibu berceramah kepada kami akhirnya ibu bertanya kepada Rio tentang kesiapan dan kapan orangtuanya datang untuk membicarakan persiapan pernikahan kami.

Singkat cerita, kok singkat cerita lagi? Iyaa harus disingkat, butuh waktu beberapa tahun untuk menceritakan semuanya. Apakah kamu rela jodohmu ditemukan oranglain jika menghabiskan banyak waktu membaca kisah ini? Jadi singkatnya begini, aku dan Rio menikah (Doa dan harapanku terkabul kan) namun kehadiran orang ketiga pada saat itu aku masih dalam status mahasiswi semua teman-teman sekampus menghadiri pernikahan kami dan yang paling keren itu disaat aku wisuda, diacara wisudaku dihadiri oleh Ibu dan Suamiku meskipun tanpa Ayah namun bagiku seseorang yang bisa sama dengan sosok ayah bagiku dia (Suamiku).

Tiba pada akhir dari cerita ini, Aku dan Rio kini telah menjadi seorang ayah dan ibu dari 2 anak. Kini Rio telah menjadi PNS di sebuah kantor Badan Kepegawaian di daerah tempat tinggalku. Bagaimana dengan aku? Tentu aku tak memilih menjadi dokter bukan pula harus menjadi pegawai bank tapi lebih hebat dari itu kini aku menjadi Ibu rumah tangga yang lebih ahli dari seorang dokter dalam menjaga kesehatan keluarga dan lebih ahli dari seorang ahli perbankan dalam mengelola keuangan keluarga. Betul yang dikatakan ibu saat itu jika “Menikah itu adalah suatu penghubung pintu rejeki, semua orang punya rejekinya masing-masing dan semoga dengan pernikahan pintu rejekinya bisa terbuka lebar. Dan kata bijak paling super dari ibu, Jodoh itu kita yang cari, Orangtua yang merestui dan Allah swt yang meridhoi jangan dibalik-balik.”

Semua ingin dan harapanku kini menjadi kenyataan seperti seharusnya. Inginku padamu, harapanku pada kita dan semua doa yang terucap dari bibirku disaat sujudku seolah terdengar oleh yang maha pencipta. Kukatakan kebahagiaanku lewat tulisan ini melalui khayalnya (Penulis/Pengetik) yang telah dijadikan Seperti Seharusnya.
 

Terimakasih telah membaca karya tulisan fiksi di blog ini....

4 komentar:

  1. kirain beneran... -___-"
    berasa nonton FTV ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha... Penulis ceritanya suka mengkhayal jadi agak nyata walaupun harus mengkhayal jadi wanita...

      Hapus
  2. Manis banget ceritanya.



    (((aku nggak baca kalimat terakhir))) :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa semanis kue camilan anak"nya kakak, hheee...

      Hapus