Harus aku akui
rasa cinta ini begitu dalam padamu, meskipun kini isi hatiku telah menjadi
miliknya namun kau tetap tersimpan di ingatan ini. Dosa kah aku yang berharap
kau kembali? Meski ku tau takkan mungkin terjadi. Aku ingin melupakan semua
kenangan dan cinta namun aku tak kuasa, ingin kulupakan wajahmu, ingin ku
hindari bayangmu tapi mengapa selalu tetap teringat dirimu walaupun sudah ada
pengganti dirimu disini.
Seringkali aku
kecewa dengan diriku sendiri yang selalu mencoba merasa memiliki cinta bersamanya.
Kadang aku berpikir apalah arti hidup ini bila hanya berteman mimpi namun
sesekali aku menyadarkan diri untuk tidak menyesali walau perih luka ini. Harus
ku katakan yang ku inginkan hanyalah kesetiaan diatas segalanya.
Kita tak bisa
bersama bukan karena salahmu bukan pula karena inginku melainkan keegoisan
mereka (orangtua) yang saling menjanjikan perjodohan di masa lalu. Hingga
membuat berakhir semua kenangan yang tersusun. Kamu yang selama ini menemani
hari-hari dan kebodohanku tak akan lagi mampu ku dekati, kamu yang meneduhkanku
disaat panas yang melindungiku dari hujan, kamu yang selalu pasrah dan mengalah
dari keinginan kita yang berbeda, kamu
yang selama ini telah memberikan kesungguhan cinta kini semakin hari menjauh
hilang bagai tertelan langit.
Hubungan yang
kita jaga dari berbagai prasangka kini hilang bagai tak berbekas. Cintaku yang
putih hanya untukmu yang ku anggap takkan pernah berakhir hingga habis nafasku
ternyata hanya sebuah kata yang terucap dalam hati.
Seiring
berjalannya hari aku mulai merasakan dan menyadari putaran waktu telah merubah
takdir hidupku begitupula dengan rantai asmara yang kurasakan. Kamu yang ku
inginkan perlahan pergi bersama kenangan sedangkan dia yang selalu ada menjadi
yang aku butuhkan meski aku tak pernah menginginkannya.
Relakah dirimu
selama ini yang melepasku hidup bersamanya? Katakan padaku meski tak berucap,
beri aku isyarat tentang apa yang kamu inginkan. Masih teringat jelas di hari
(pernikahanku) itu, seketika keheningan terjadi di dalam ruangan ketika dirimu
hadir berjalan menuju ke arahku. Disaat aku meminta maaf meneteskan air mata di
pelukanmu disaat yang sama aku meminta izinmu untuk melepasku hidup bersamanya.
Kamu tak pernah berucap kata, kamu hanya mengeluarkan air mata kesedihan sambil
memelukku erat. Sekejap keheningan menjadi kesedihan bagi sebagian orang yang
menyaksikan. Mungkin saat itu terakhir kali aku bisa merasakan tanganmu
menghapus air mataku, sambil tersenyum menatapku tanpa berucap kata kamu
berbalik pergi menjauh dan hilang dari pandanganku.
Aku berharap air
mata dan senyuman itu sebuah kerelaan mu demi kebahagiaan dan masa depanku dan
aku pun berharap kelak suatu saat kamu bisa menemukan seseorang yang lebih dari
apa yang aku miliki. Semoga kita bisa saling melupakan meskipun kenyataannya
sulit dan semoga hubungan kita tidak berakhir dalam kebencian meskipun luka ini
abadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar