Beberapa
temanku berkata jika aku ini adalah seorang wanita yang sedikit aneh. Sebagian
teman juga berkata jika aku ini berbeda dengan mereka. Bukan karena aku tak
secantik mereka bukan pula karena aku tak secerdas mereka, katanya aku ini tak
seperti wanita lainnya yang suka berdandan, berpakaian rapi atau memakai gaun.
Sampai beberapa teman juga bertanya tentang perasaanku kepada seorang pria.
Jujur ku katakan aku ini normal, aku juga punya perasaan yang sama dengan
wanita yang lainnya disaat melihat pria tampan, namun yang membedakan aku tak
terbiasa histeris berteriak atau membahasakan kekaguman terhadap sesama ciptaan
tuhan.
Mungkin
sifat tak peduli terhadap penampilan ini karena beberapa saudaraku adalah pria
dan satu-satunya wanita itu adalah aku. Dari semenjak kecil itulah aku selalu
berada di tengah pria bahkan hingga saat ini aku selalu ingin meniru penampilan
semua kakak ku yang menurutku keren. Bahkan tak jarang aku memakai baju kaos
milik mereka hingga celana jeans mereka pun pernah aku pakai. Mereka tak pernah
marah atau menyalahkanku bahkan mereka yang sewaktu aku kecil dulu selalu
mendandaniku bagaikan anak band yang popular pada jamannya. Sering memakai baju
pria bukan berarti aku ini tomboy atau tidak mempunyai sifat feminim, dalam hal
memasak dan mebersihkan adalah keahlianku. Semua saudaraku memperebutkanku
untuk tinggal bersamanya dengan berbagai macam janji hanya untuk bisa
mengurusnya di kost dan kontrakannya atau menjadi pengasuh anaknya.
Hingga
saat ini aku lebih memilih untuk tinggal bersama ibu karena semenjak kepergian
ayah aku merasa sangat kehilangan dan aku mengerti kesedihan yang dirasakan
ibuku. Saat ini aku sudah kuliah di salah satu perguruan tinggi yang
mempelajari tentang otonomi meskipun aku ini ahli dalam ekonomi namun yang
sebenarnya punya impian belajar tentang anatomi.
Seperti
mahasiswi muslim pada umumnya aku ke kampus menggunakan jilbab meskipun tanpa
model kekinian. Aku paling senang menggunakan baju kaos lengan panjang meskipun
aku harus membeli baju kaos lengan pendek yang keren aku tetap memakai lengan
panjang sebagai dalamannya. Masalah celana, aku suka memakai jeans atau
terkadang aku memakai rok juga walaupun beberapa teman bilang kalau kurang
nyambung atau tidak sesuai warna aku jarang peduli.
Di
kampus aku kebanyakan bergaul dengan beberapa pria karena bagiku berteman
dengan pria itu asik tak banyak dramanya dan tak banyak saling menilai
penampilannya. Karena kebanyakan bergaul dengan pria sampai akhirnya aku kurang
peka terhadap rasa cinta seseorang kepadaku. Aku tak pernah membedakan
perlakuanku kepada beberapa pria hingga akhirnya salah satu temanku pernah
bercerita padaku jika beberapa pria sempat menyukaiku namun karena sikapku
kepada pria yang lainnya juga sama maka dia perlahan mundur.
Suatu
hari di sudut koridor kampus aku berdiam diri sejenak merasakan angin sore
tiba-tiba dari arah samping seorang teman pria dengan rambut gondrong duduk
menyapaku. Sore itu aku tiba-tiba saja ingin menceritakan tentang kerinduanku
kepada ayah, dengan setia dia mendengarkan bahkan turut bersedih melihatku
bersedih. Diantara banyaknya pria yang mempunyai rambut panjang dia adalah
salah satu yang mempunyai rambut lurus hitam kira-kira sampai ketek. Wajahnya
putih tak berkumis sama sekali tidak seram bahkan beberapa orang mengira dia
wanita termasuk ibuku ketika melihatnya datang ke rumah untuk menjemputku.
Dia
adalah sahabatku walaupun sebenarnya senior 2 tahun lebih tua dariku. Sudah
hampir 3 tahun aku mengenalnya, dia baik, lucu dan mempunyai banyak pertanyaan
baru yang jawabannya kadang menggoda membuat terpesona kadang pula mengejek dan
menjengkelkan.
Diantara
beberapa pria dia tak pernah sekalipun menunjukan perhatian berlebih terhadapku
berbeda dengan beberapa lainnya yang terkadang membuatku risih dengan perhatian
seakan aku ini istri nya yang harus ikut saran, nasehat dan ceramahnya.
Beberapa
hari yang lalu aku melihatnya si gondrong itu begitu dekat denga wanita yang
sebenarnya juga adalah temanku. Seketika aku sadar jika perasaan ini merasakan
cemburu dan ketika salah satu temanku berkata jika mereka saling suka maka
perasaan ini semakin bersedih. Aku sadar diri jika aku ini tak pantas bagi pria
manapun, aku berbeda dari wanita lainnya, aku tak punya selera bergaya, aku tak
secantik mereka.
Akhir-akhir
ini aku mencoba untuk berdandan layaknya wanita. Ketika aku melihat diriku di
hadapan cermin aku terlihat sangat aneh sangat jauh dari kata keren dan simple.
Ini aneh hanya karena merasa cemburu dijauhi oleh teman gondrongku itu aku
ingin merubah penampilan. Sempat aku berpikir apakah aku ini suka dengannya?
Dengan cepat pula aku menjawab diriku dengan berkata iyaa aku memang
menyukainya.
Setelah
beberapa lama tidak memunculkan diri dihadapan teman-teman akhirnya aku kembali
menemui mereka dan tak lupa aku mencari teman gondrongku yang membuatku
merasakan cemburu. Disaat aku bertanya kepada teman-teman tentang keberadaannya
salah satu teman berkata dia sudah mati meskipun dia bercanda tapi sontak
hatiku panik dan bersedih namun setelah itu sepatu sebelah kanan milikku
melayang ke arah temanku itu.
Disaat
beberapa hari tak bertemu teman-teman katanya si gondrong cantik ini sudah
penelitian skripsi dan kata beberapa teman ternyata dia juga sudah memotong
rambut panjangnya. Aku jadi tak sabar ingin melihat dan mengejeknya.
Tak
terasa minggu depan tiba saatnya libur semester yang sangat panjang aku
memutuskan untuk berkunjung ke rumah saudaraku yang lumayan cukup jauh. Setelah
seminggu berlalu aku mendapat telepon dari si gondrong cantik ituuu.. katanya
besok lusa dia sudah siap untuk ujian skripsi. Wah.. hebat.. aku merasa bangga
padanya namun aku merasa sedih tak bisa hadir disaat dia ujian.
Tak
terasa 2 bulan berlalu aku kembali ke kampus untuk mengurus beberapa mata
kuliah, pembayaran dan lain-lain. Di sebuah parkiran samping fakultas tempat
biasanya aku memarkir si putih (sebutan motorku) tanpa sengaja aku menabrak
salah satu juniorku. Seperti biasa senior selalu benar.. dia pun meminta maaf
namun setelah aku membuka helm bermaksud ingin berkata iya dengan singkat dan
judes dia berkata “Fiony?” (Namaku adalah Fiony aku adalah (Baca Paragraf Awal
Hingga Akhir) ) sambil senyum malu penuh aura aku menjawab “Iya.. Maaf mas ehh
kak” buset dia pasti salah satu senior tapi ya tuhan dia tampan berbeda dengan
mahasiswa modern yang bergaya klasik di fakultas ini.
Beberapa
detik keheningan saling menatap dia tersenyum dan berkata “Kamu darimana selama
ini? Baru kelihatan.” tanpa ekspresi dalam hati aku berkata jika orang ini kok
sok kenal yah tapi ya tuhann.. ohh.. lee min ho, ohh.. soon joon kie maafkan
aku harus berpaling darimu karena orang ini.
Dengan
tatapan kosong ke arahnya dia melambaikan tangan dan berkata “Hey nonaa.. ini
aku Rio..”
Aku
sangat kaget dan heran “Hehh.. kaa..” belum selesai ucapanku dia merangkul dan
mengajakku berjalan sambil berbisik “Rindu tak melihatmu selama ini, hahaha..”
Benarkah
yang kulihat saat ini? Pria gondrong cantik itu setampan ini dengan rambut
pendek dan berpakaian serapi ini? Kenapa tangannya yang merangkulku rasanya
beda? Ini geli dan aku malu.. ohh tuhaann aku jatuh cintaa aku siap menjadi
istrinyaa... jodohkanlah aku ya tuhaann…
“Ehh
Fiony aku ada sesuatu buat kamu”
“Apa
itu?” berusaha menjawab sefeminim dan sehalus ratu.
“Surat
cinta, hahaha…” sambil memberi surat berupa undangan.
“Apa
ini? Kamu jangan bercanda” masih tetap ramah lembut mode on.
“Ini
undangan wisuda dan malam ramah tamah, aku ingin kamu datang, aku ingin
memberinya kepada orang yang menurutku dekat denganku namun yang paling dekat
itu adalah kamu dan seharusnya memang kamu” Ucapnya dengan serius memandangku.
“Untukku?
Iyaa iyaa.. aku datang kok…” dan mode penghancur pun kembali muncul.
Setelah
hari itu komunikasi kami lebih sering terjadi pertemuan dan saling berhubungan
melalui telepon dan media sosialpun lebih aktif. Kali ini berbeda dengan dulu
yang saling mencela dan mengejek kini seolah lebih sopan dan malu-malu. Aku
kadang berharap dia mau berbicara tentang masa depannya bersamaku daripada
harus sering terdiam karena kehabisan pembahasan.
Hari
demi hari berlalu rumput dan daun tumbuh subur begitu juga dengan perasaan ini.
Tak lama lagi acara ramah tamah itu, sejak beberapa hari yang lalu aku selalu
belajar bagaimana menjadi wanita yang seutuhnya. Dengan bantuan ibu yang penuh
kasih sayang aku mulai belajar berdandan, bersikap dan berpakaian.
Pada
akhirnya tiba saatnya aku menghadiri acara malam ramah tamah itu, tepat pada
malam ini aku harus tampil maksimal dan lagi-lagi dengan bantuan ibu yang penuh
kasih sayang aku berdandan dan berpakaian layaknya seorang putri Indonesia.
Tidak berselang lama Rio datang menjemputku. Sesaat aku merasa gugup setelah
selesai berpakaian, ibu hanya tersenyum mengangguk sambil berkata jika aku
sangat cantik.
Saat
itu aku menuju ke halaman rumah bermaksud menyapa Rio namun saat aku membuka
pintu dan keluar dari rumah Rio menatapku dengan senyum tulus penuh
kebahagiaan. Sumpah aku sangat merasa malu untuk pertama kali dalam hidupku
seseorang memperlakukanku begitu istimewa, mulai dari depan pagar rumah, depan
pintu mobil hingga masuk ke dalam mobil aku begitu merasa malu.
Dalam
perjalanan menuju gedung tempat acara itu aku hanya bisa terdiam malu hingga
akhirnya dia tersenyum dan memujiku sambil menyentuh pipiku dengan jari
telunjuknya. Saat itu aku tersenyum sedikit marah pura-pura ngambek namun
disaat yang sama aku sangat senang. Ingin rasanya tangan ini memeluknya namun
tiba-tiba dari arah berlawanan sebuah mobil bus dengan kecepatan tinggi
menabrak kami dan ahh.. maaf itu hanya khayalanku kalau kami mati dalam cerita
ini maka kisahku dan dia hanya sampai disini dong, hahaha… jadi begini, singkat
kata, selama perjalanan kami saling menggoda, mengejek dan sesekali saling
memuji tanpa ada kisskiss atau hughug dan kami juga selamat sampai tujuan.
Mungkin
aku tak perlu bercerita banyak atau mendetail tentang acara malam ramah tamah
itu. Jika aku bercerita tentang acara ini mungkin kalian akan membaca tentang
siapa yang memberi kata sambutan, pidato atau tentang percakapanku bersama
teman-temanku ataupun tentang busana beberapa orang yang ingin aku ceritakan.
Jika aku menceritakan secara mendetail maka beberapa menit waktu berharga serta
tenaga anda terbuang percuma.
Singkat
cerita pada malam itu, sebagian pandangan atau sorotan dari tamu khususnya teman,
kenalan dan dosen malam itu tertuju padaku. Beberapa orang tak mengenaliku,
beberapa juga sangat senang dengan penampilanku dan sebagian teman yang pernah
berkata aku sedikit aneh bahkan memuji dan selalu ingin berada dan berbicara
denganku. Sisa dari cerita bagian ini hanya saat makan dan berfoto bersama teman-teman
yang lainnya. Aku dan Rio juga tak jarang berfoto bersama kalau ada moment dan
kesempatan kami menyempatkan diri untuk berfoto. Hingga akhir dari acara itu
tak ada acara katakan cinta atau lamar melamar ini tak seperti pikiran kalian.
Tiba
saatnya kami harus berpisah dari teman-teman aku dan Rio juga pamit untuk
pulang. Setibanya aku di rumah entah kebetulan saat itu ibu berada tepat di dekat pagar rumah, iya benar
ini adalah ibu aku melihat kakinya juga masih menginjak tanah kok. Dengan ramah
ibu mempersilahkan Rio masuk, entah apa yang merasuki pikiran Rio saat itu
tanpa merasa berdosa dia masuk ke dalam rumah tepatnya di ruang tamu sambil
duduk manis senyum-senyum. Sebenarnya juga Rio dari dulu sering main ke rumah
bahkan mandi dan makan juga pernah disini tapi bagiku kali ini semua sudah
terasa berbeda.
Malam
itu aku tidak begitu peduli, aku menuju ke kamar untuk berganti pakaian namun
setelah aku berada di kamar yang jaraknya hanya beberapa inchi dari ruang tamu
aku mendengar percakapan Ibu dan Rio. Inti dari percakapan mereka begini, Ibu
bertanya kepada Rio tentang rencananya kedepan mungkinmaksud ibu tentang pekerjaan atau kelanjutan study namun entah Rio ini
paham atau tidak dia malah menjawab ingin menjadi imam dan menikah tapi
sebenarnya aku selalu berharap yang dia maksud itu adalah You know what I mean.
Singkatnya lagi dalam percakapan itu ibu setuju dengan semua ucapan Rio. Kata
ibu menikah itu adalah suatu penghubung pintu rejeki, semua orang punya
rejekinya masing-masing dan semoga dengan pernikahan pintu rejekinya bisa
terbuka lebar. Dan kata bijak paling super dari ibu malam itu seperti ini,
Jodoh itu kita yang cari, Orangtua yang merestui dan Allah swt yang meridhoi
jangan dibalik-balik. Aku terharu dengan perkataan ibu malam itu dengan
suaranya yang lembut namun sedikit keras seolah ingin memperdengarkanku.
Disaat
bersamaan kala ibu bertanya kepada Rio tentang siapa wanita beruntung yang
ingin dia nikahi saat itu pula aku keluar dari kamar dengan menggunakan pakaian
tidur (Sebut saja daster) dan disaat yang sama Rio menatapku sambil tersenyum,
menjawab dan menunjuk menggunakan wajahnya “yang itu.. Anak tante..”
Sebenarnya
aku malu karena bagiku dihadapan ibu aku selalu merasa sebagai anak kecil.
Dengan mata yang melotot ke arah Rio aku menjulurkan kepalan tangan seolah
mengancam ingin meninju. Saat itu ibu menegurku dengan beberapa kata bijaknya
akhirnya aku mengalah dan duduk disampingnya. Entah apa yang ada dipikiran dan
perasaanku saat itu, aku merasa sangat malu disatu sisi aku juga merasa sangat
senang dan bangga dengan seorang pria yang memberanikan diri mengatakan
perasaannya kepadaku melalui orangtuaku.
Setelah
beberapa lama ibu berceramah kepada kami akhirnya ibu bertanya kepada Rio
tentang kesiapan dan kapan orangtuanya datang untuk membicarakan persiapan
pernikahan kami.
Singkat
cerita, kok singkat cerita lagi? Iyaa harus disingkat, butuh waktu beberapa
tahun untuk menceritakan semuanya. Apakah kamu rela jodohmu ditemukan oranglain
jika menghabiskan banyak waktu membaca kisah ini? Jadi singkatnya begini, aku
dan Rio menikah (Doa dan harapanku terkabul kan) namun kehadiran orang
ketiga pada saat itu aku masih dalam status mahasiswi semua teman-teman
sekampus menghadiri pernikahan kami dan yang paling keren itu disaat aku
wisuda, diacara wisudaku dihadiri oleh Ibu dan Suamiku meskipun tanpa Ayah
namun bagiku seseorang yang bisa sama dengan sosok ayah bagiku dia (Suamiku).
Tiba
pada akhir dari cerita ini, Aku dan Rio kini telah menjadi seorang ayah dan ibu
dari 2 anak. Kini Rio telah menjadi PNS di sebuah kantor Badan Kepegawaian di
daerah tempat tinggalku. Bagaimana dengan aku? Tentu aku tak memilih menjadi
dokter bukan pula harus menjadi pegawai bank tapi lebih hebat dari itu kini aku
menjadi Ibu rumah tangga yang lebih ahli dari seorang dokter dalam menjaga
kesehatan keluarga dan lebih ahli dari seorang ahli perbankan dalam mengelola
keuangan keluarga. Betul yang dikatakan ibu saat itu jika “Menikah itu adalah suatu penghubung pintu rejeki, semua orang punya
rejekinya masing-masing dan semoga dengan pernikahan pintu rejekinya bisa
terbuka lebar. Dan kata bijak paling super dari ibu, Jodoh itu kita yang cari,
Orangtua yang merestui dan Allah swt yang meridhoi jangan dibalik-balik.”
Semua
ingin dan harapanku kini menjadi kenyataan seperti seharusnya. Inginku padamu,
harapanku pada kita dan semua doa yang terucap dari bibirku disaat sujudku
seolah terdengar oleh yang maha pencipta. Kukatakan kebahagiaanku lewat tulisan
ini melalui khayalnya (Penulis/Pengetik) yang telah dijadikan Seperti
Seharusnya.
kirain beneran... -___-"
BalasHapusberasa nonton FTV ^^
Hahaha... Penulis ceritanya suka mengkhayal jadi agak nyata walaupun harus mengkhayal jadi wanita...
HapusManis banget ceritanya.
BalasHapus(((aku nggak baca kalimat terakhir))) :D
Iyaa semanis kue camilan anak"nya kakak, hheee...
Hapus