Aku
tak pernah mengerti dengan apa yang dirasakan oleh pikiranku ini, aku hanya
merasa jika pikiranku ini seakan tak pernah berpihak kepadaku. Semua yang aku
harapkan, yang ku inginkan tak kunjung menjadi kenyataan. Aku merasa jika dunia
ini berlaku tak adil padaku, semua yang kulalui harus aku hadapi dengan
tangisan. Bahkan segala hal yang aku lakukan seakan tidak ada gunanya untuk
orang lain.
Apakah dosa jika aku mencoba
tersenyum di dalam kesedihan? Ku jalani hari dengan tangisan, aku mencoba
tersenyum di dalam kesedihanku. Terkadang aku berpikir untuk mengakhiri hidup
yang tak berguna ini. Tapi tuhan menginginkanku tetap berada di dunia ini untuk
tetap tersenyum menjalani hari.
Sebut saja aku Si Eccedentesiast,
seorang yang selalu menyembunyikan perasaan sakitnya dibalik senyumnya. Aku
menyadari jika hidupku dalam kesendirian, aku menyadari jika aku jauh dari rasa
bahagia, aku bahkan menyadari jika aku ini kesepian.
Aku merasa rindu kepadamu... padamu
yang tak pernah merinduku... Aku merasa cemburu... cemburu jika kamu menyebut
dan bercerita tentangnya dihadapanku. Tapi apalah dayaku yang hanya bisa duduk,
diam dan tersenyum manis tiap kali kamu menghampiriku hanya untuk bercerita
tentangnya.
Ku akui aku memang merasa iri
padanya, aku selalu berkhayal jika dia itu adalah aku. Selalu saja aku
membayangkan bahagia kalian yang tak mungkin bisa aku rasakan. Ketika aku
tersadar dari khayalanku aku merasakan kesedihan yang sangat mendalam namun
tetap saja bibir ini tersenyum meskipun ku sadari ini hanyalah sebuah senyum
palsu.
Aku mulai kehilangan kepercayaan
diri ketika aku mulai menyadari semua yang telah aku lakukan tak ada nilai nya
di matamu. Kamu selalu membanggakannya seolah aku tak pernah ada di kehidupanmu
sebelum kamu mengenalnya. Memang sedari dulu kamu selalu tertarik dengan
seseorang yang mengerti dan mempelajari tentang Anatomi berbeda denganku yang
hanya mengerti tentang Otonomi. Katamu dia yang belajar anatomi pasti bisa
mengerti tentang tubuh apalagi tentang hati. Jika kamu menyukai dia yang
mengerti Anatomi maka apalah dayaku yang hanya mengerti tentang Otonomi.
Harus ku akui jika aku wanita yang
sedikit berbeda dengan wanita pada umumnya, aku lebih nyaman ketika berpakaian
kaos lengan panjang dengan jeans yang tidak ketat. Aku tidak terbiasa dengan
produk-produk yang menawarkan kecantikan wajah. Walaupun sering dibilang tomboy
tapi aku adalah wanita muslim yang selalu memakai jilbab dengan gaya sederhana.
Aku memang sangat berbeda dari semua wanita yang kamu kenal....
Aku menyadari jika pikiranku tak
pernah ingin mengakui jika aku merasa kesepian. Diwaktu yang sama aku bisa
menjadi pemikir dan pekerja bahkan aku bisa menjadi penghibur yang sangat baik
untuk orang disekitarku. Semakin orang lain terluka aku semakin pandai
membuatnya senang meskipun aku tak dapat menyelesaikan masalah yang aku hadapi.
Terkadang aku berpikir tentang
bahagia yang harus aku rasakan namun bahagia itu menjadi bahagia orang lain. Aku
hanya mampu mengabadikanmu dalam kata maupun dalam tulisan. Aku hanya dapat
bersembunyi dibalik pandangan mata yang berkaca. Apalah aku ini... hanya
manusia yang hadir dalam kehidupanmu, yang hanya bisa mengganggu keseharianmu. Bagiku,
menatapmu di kejauhan, menginginkanmu dalam diam dan mendoakanmu dalam sujudku sudah
menjadi indah bagiku, walau hati menangis pikiran bersedih senyum ini akan
tetap selalu ada disini.
Setiap orang mempunyai kisah yang
berbeda dan takdir yang berbeda. Aku menyadari jika untuk mencintai seseorang
kita harus benar-benar siap bukan karena kita merasa kesepian. Mulai saat ini
aku akan berjanji untuk selalu ada kepada siapapun dan tidak akan meninggalkan
ketika mereka membutuhkanku seperti aku yang selalu membutuhkan mereka.
Eccedentesiast
adalah
Seseorang yang selalu
menyembunyikan perasaan sakitnya dibalik senyumnya.
“Dia tersenyum,
Tetapi sebenarnya tidak.
Dia tertawa,Tetapi sebenarnya
ia menangis. Dia ceria
Tetapi sebenarnya ia bersedih.”
(Eccedentesiast)