Kita itu adalah sepasang sahabat,
kita selalu bersama meskipun kita masing-masing telah mempunyai kekasih. Cerita
tentang pacarku maupun tentang pacarmu hampir semua telah terungkap. Kisah
tentang bagaimana kamu memperlakukan pacarmu hingga bagaimana kamu memeluk
pacarmu dari arah belakang pun telah kamu ceritakan padaku tapi semenjak kita
sering tersakiti oleh pasangan aku mulai merasakan perasaan aneh kepadamu, aku
merasa kasihan dengan semua apa yang telah dilihat mata ini dan apa yang
didengar telinga ini tentang perlakuan pasanganmu terhadapmu. Bukan hanya itu
saja, aku merasa jika aku sangat menyayangimu, bagiku kamu adalah seorang idola
di mataku, kamu bagaikan seorang sahabat yang bisa mengerti segala apapun
tentangku dan kamu juga merasakan apa yang menjadi penyebab sakit yang teramat
sakit di dalam hatiku, mengapa tuhan menjadikan kita sebagai seorang sahabat
yang mengalami kisah yang seperti ini? Adilkah semua ini untuk kami tuhan?
Aku selalu bertanya kepada diriku
mengapa semua ini terjadi? Haruskah tuhan mempertemukan kami dengan pasangan
yang kami cintai namun berpaling dan menjalin cinta dengan pasangan kami
sendiri? Yahh.. memang betul sebagian orang bingung dan bertanya apa maksud
dari perkataanku.. memang sulit untuk dijelaskan namun kenyataannya pacarku
kini berpaling dan menjalin cinta dengan pacar sahabatku sendiri.. dan sekarang
aku dan sahabatku saling berdiam diri dalam malu bercampur kesedihan!!
Pernah suatu ketika aku duduk dan
bersandar pada bahu sahabatku, aku mengangkat wajahku sambil menatap wajahnya
yang hanya terdiam dengan tatapan kosong menatap pohon yang jauh disana. Tanpa aku
sadari aku meneteskan air mata, aku merasakan kesedihannya meskipun dia adalah
seorang pria yang tidak mudah meneteskan air mata tapi aku yakin di dalam
hatinya merasakan pilu yang teramat dalam.
Masih dengan tatapan kosongnya, aku
merasakan tangan kanannya merangkulku dan semakin mendekatkan tubuhku ke
tubuhnya. Tangan kirinya pun menghapus air mataku tanpa sekalipun memandang ke arah
wajahku. Ku tegakkan kepalaku menatap sejajar dengan wajahnya dan dia berbalik
menatapku sambil kedua tangannya memegang pipiku yang penuh dengan tetesan air
mata. Untuk pertama kalinya aku melihat senyumnya yang menyemangatiku.
Entah apa yang ada di dalam pikiran
kami, mungkin karena kami merasakan hal yang sama tapi ini tak seperti
biasanya, jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya, mungkin karena pertama
kalinya wajahku sedekat ini dengan wajahnya. Mungkin dia juga merasakan hal
yang sama, aku merasa sangat legah dan nyaman, aku tersenyum dan dia semakin
mendekatkan wajahnya padaku, tiba-tiba kesedihan itu sejenak hilang dan aku seketika
menutup mata ketika bibirnya tepat menyentuh bibirku dengan lembut. Ciuman itu
terasa sangat lama meskipun sebenarnya hanya sesingkat kata yang mengatakan “aku
mencintaimu.” Sesaat setelah aku tersadar, aku merasa malu dan segera aku
berdiri kemudian meningglkannya tanpa sepatah kata.
Semenjak tragedi itu aku merasakan
perasaan yang aneh, terkadang aku merasa malu dan sering tersenyum ketika
mengingat hal itu. Terkadang juga aku merasa malu dan jengkel dengan sikapnya
yang memperlakukanku dengan seenaknya. Kini aku merasa sedih, malu dan jengkel
namun terkadang merindukan sahabatku itu.
Suatu hari ketika aku menemuinya
bermaksud untuk mengatakan kejengkelanku padanya tapi dia terlebih dahulu
bertanya tentang apakah ada yang bisa menjamin apa yang telah dilakukan oleh
mantan pasangan kita? Kita adalah sahabat jika ada perasaan suka mengapa bukan
dari beberapa tahun yang lalu kita melakukan hal yang dianggap dosa terindah
bagi seorang pasangan? Itu yang dikatakannya padaku.
Sejenak aku terdiam kemudian dengan
sedikit nada emosi aku juga bertanya padanya. Apakah sahabat itu harus sampai
berciuman menempelkan bibirnya kepada sahabatnya..!!?? Apakah sahabat itu harus
merusak persahabatannya dengan melampiaskan dendam kepada orang yang telah
menyakitinya!!?? Lagi-lagi aku meneteskan air mata kemudian berbalik bermaksud
untuk meninggalkannya namun lagi-lagi kedua tangannya mendekat dan memeluk
tubuhku dari belakang, kini sangat terasa tubuhnya yang menempel pada bagian
tubuhku dibelakang. Kurasakan tetesan air terjatuh tepat dipundakku, aku
melirik wajahnya dan kulihat tetesan air mata keluar dari matanya yang
tertutup. Apa yang sebenarnya terjadi tuhan? Aku mohon berikan aku penjelasan
tentang semua ini tuhan!!
Masih dalam dekapannya dia berbisik
padaku dengan berkata “Kamu tidak pernah tahu jika selama ini aku bersedih
bukan karena tersakiti oleh perasaan namun aku tersakiti oleh harapan,” dengan
nada pelan dan tersedu dia melanjutkan “Aku selalu mengharap cintamu namun kau
tetap mempertahankannya pada cinta yang lain, cinta yang telah mengkhianatimu.”
Kata-kata itu seketika menghiangkan
emosi dan kesedihanku bahkan membuat jantungku semakin berdebar. Aku berbalik
mentapnya dan berkata “Tapi sahabat itu…..” belum sempat ucapanku selesai dia
memelukku sambil ku letakkan dahiku tepat dengan dahinya. Matanya yang masih
menyisakan air mata menatapku kemudian dia berkata “Aku tidak hanya ingin
menjadi sahabatmu, aku tidak hanya ingin menjadi kekasihmu, aku ingin menjadi
orang yang selalu berada disisimu hingga rambut ini memutih dan tubuh ini tidak
dapat lagi melakukan apa-apa.”
Mendengar ucapan itu aku merasa jika
aku adalah seorang wanita yang sangat beruntung mempunyai sahabat yang akan menemaniku seumur hidup bahkan untuk
selamanya.
Kini aku dan sahabatku bukan hanya
sekedar sepasang sahabat namun kami kini adalah sepasang ayah dan ibu dari
anak-anak kami dan kini setiap saat aku dapat merasakan tiap sentuhan bibirnya
yang lembut, hembusan nafasnya, tatapan matanya dan merasakan hangatnya pelukan
dari tubuhnya. Tak ada yang salah dari ciuman seorang sahabat yang telah
menajdi sahabat perjalanan hidup dunia dan akhirat.
NB:
Cerita ini hanya cerita fiktif semata yang terlahir dari khayalan penulis.
Tantangan
terdahsyat dan terkeren dalam menulis ketika kita mengisahkan peran berbeda
gender dan berbeda usia.
Salam Penulis.
Keputusan yang bagus.
BalasHapus