Contact : WA 089653002233 | Instagram : @rhyfhad


KLIK PLAY MUSIK

Selasa, 03 Januari 2023

Pilihanku Adalah Pilihanmu




Senja berganti malam dan malam berganti pagi. Malamku terkadang panjang demi menyambut cerahnya pagi. Senja? Aku tak pernah menikmati senja sebab ku pikir senja begitu singkat berganti menjadi malam.

Sampai akhirnya ku sadari jika hal yang singkat tidak selalu buruk bahkan penuh kesan apabila kita menikmati tiap momennya. Seperti yang ku alami, hubungan yang begitu singkat namun penuh kesan yang menjadi bagian kisah hidup.

Berakhir sudah malam ini, semua hal yang telah berlalu telah menjadi kenangan. Pagi ini aku merasakan kenyataan bahwa hatiku membahasakan kejujuran rasa yang sebenarnya.

Secara otomatis bibirku tersenyum ketika ku ingat kebersamaanku dengan Ranti. Memang benar ia adalah juniornku di kampus tapi kedekatan kami sudah seperti saudara. Kami tinggal di kost yang sama, maksudku kamar cewek di lantai bawah sedangkan cowok di lantai atas. 

Beberapa tahun terakhir hampir setiap hari aku bertemu dengannya. Masakan Ranti begitu enak. Aku bahkan rela ke pasar apabila ia ingin memasak untukku. Kami sering makan bersama di kost. Berangkat ke kampus pun kami bersama bahkan di kampus kami juga sering berdua, benar bagaikan saudara.

Entah ada apa, kami tak sedekat dulu lagi. Jujur ku akui aku sedang menjalin hubungan dengan yang lain, dia adalah Nadia. Seorang wanita yang begitu keren di mataku. Dulu kami satu kelompok di sebuah acara Fakultas.

Nadia berbeda dari wanita pada umumnya. Dia Tak banyak drama, suka bercanda dan dia paling semangat jika ada aksi atau demo kampus. Dia sangat memperjuangkan hak wanita. 

Dia memang perokok dan katanya punya tatto di bagian tubuh tertentu, meski demikian namun dia wanita baik-baik, tak pernah berkata kasar atau teriak-teriak bahkan tak pernah sekalipun aku melihat bagian tubuhnya begitu terbuka dengan gaya berpakaiannya.

Entah mengapa aku menyukainya belakangan ini. Yang ku tau dari temannya, ternyata dia menyukaiku sejak kami terlibat dalam kegiatan fakultas dulu. 

Sebut saja aku Reno. Aku seorang pria biasa yang tidak tertarik dengan trend kehidupan modern, namun bukan berarti aku makhluk klasik atau seorang kutu buku.  

Baju kaos, celana jeans, sendal ala anak gunung, ransel berisi pakaian, rokok, kopi dan buku, itu adalah starter pack yang ku miliki. Bagiku, aku dan Nadia begitu serasi dalam hal gaya hidup.

Tak ada lagu atau musik untuk cerita yang akan ku ceritakan ini. Ini hanya membuatku merasakan perasaan yang terasa manis asam asin.

Sudah beberapa hari aku sering melihat Nadia di kampus. Seringkali tatapan kami saling bertemu tapi tak saling sapa. Maka aku mencari kontaknya dan akhirna kami saling bicara melalui chat.

Pada akhirnya aku mengajaknya bertemu. Saat itu aku begitu malu dan akhirnya aku mengajak Ranti. Harus ku akui dalam beberapa hal aku mengandalkan Ranti termasuk dalam hal curhat dan wanita.

Setelah pertemuan itu, kami begitu akrab dan akhirnya aku mengatakan perasaannku padanya. Dengan senyum ceria dia menyambut perasaanku dengan begitu bahagia. Seolah aku ditakdirkan untuk hadir di kehidupannya.

Meski begitu sibuk dengan urusan maba dan pengkaderan kampus tapi ku luangkan waktu untuk bertemu dengannya. Terkadang disaat malam tiba aku datang ke kost nya, membawa makanan, menatap langit menembus pagi, merokok bersama sembari membahas masa depan yang entah akan seperti apa.

Suatu malam Nadia menanyakan sesuatu padaku. Katanya, jika ada cinta yang lebih besar darinya apakah aku akan berpaling? Ku jawab tidak karena sepengetahuanku saat ini tak ada yang meyukaiku.

Nadia kembali bertanya. Katanya, jika seandainya orang itu adalah seseorang yang perasaannya tak lagi bisa kusadari, apakah aku tetap akan bersamanya? Jujur aku juga bingung dengan pertanyaannya yang begitu memutar logikaku.

Seketika aku mengerti dengan jawaban yang dimaksud oleh pertanyaan Nadia. Kami saling menatap, suasana terasa hening beberapa saat dan Nadia tersenyum mengangguk seolah memberi isyarat bahwa yang ku maksud memang dia.

Sambil menatap langit menghembuskan nafas diikuti asap rokok, Nadia berkata,

"Jika memang itu adalah dia, jangan memberinya harapan kemudian kamu memilih dengan yang lain. Memilih denganku tidak salah tapi membuat orang terluka hanya karena aku menjadi pilihan membuatku merasa bersalah."

Sambil menatapku tersenyum dia kembali berkata,

"Saat ini aku tak memberimu pilihan, apapun pilihanmu kamu harus berjanji padaku jika kita bertemu tetaplah akrab seperti ini, diskusi, tersenyum dan merokok bersama."

Malam itu diakhiri dengan suasana yang romantis berbalut dilema. Sebelum berpisah aku mencium kening Nadia. Dia menutup matanya sembari tersenyum dan memukul dadaku dengan lembut.

Dalam hati aku berkata, "Tapi kenapa? Kenapa baru sekarang aku bisa menyadari kehadiran cinta yang telah lama berada di dekatku? Kenapa aku tidak bisa melepas Nadia yang telah merelakan dirinya demi cinta itu? Kenapaa hatiku begitu mencintai mereka? Haruskah aku memilih apa yang menjadi pilihanmu?"

Kamis, 29 Desember 2022

Ternyata Khayalku, Kamu Cinta Yang Nyata


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...


Pagi ini mentari menceritakan tentang mendung yang akan datang seperti hati ini yang akan menceritakan sebuah perasaan yang terjadi sesuai ke-haluankuu.

Jadi begini, aku mengidolakan seorang teman pria di fakultasku, kami berbeda jurusan. Sewaktu pertama kali kenal dia di acara fakultas sekitar dua tahun yang lalu. Dia begitu vokal, cerdas dan gayanya tidak cupu membuatku suka dengannya.

Dulu kami saling kenal dan akrab karena kami pernah berada di satu kelompok divisi yang sama di acara fakultas tersebut. Namun keakraban kami mulai ada jarak ketika kami sama-sama sibuk di jurusan masing-masing dan dia begitu aktif berurusan dengan Maba tiap tahunnya. 

Jarang yang tak mengenalnya sebab dia juga salah satu petinggi pengkaderan fakultas di tingkat BEM. Selama ini aku selalu ingin menyapa dan membuka keakraban kembali dengannya namun dia begitu sibuk dengan Maba.

Hingga membuatku menciptakan lirik lagu dari lagu Fiersa yang berjudul celengan rindu khusus buat dia, liriknya beginii....

Aku kesal dengan Mabaa....
Yang tak henti-henti pengumpulan....
Hingga aku hanya bisaa melihatmu duduk disannaa...

Aku kesal dengan kamuu....
Yang tak berhenti urus mabaa....
Bisakah sejenaaak... Aku dan kamu duduk berdampingan....

Inginku duduk tepat di depanmu, melihatmu sambil memimpin rapat...

Mendengarkan lagu-lagu iwan fals, seperti waktu ituuu... Saat kau ketuakuu....

Kamu tunggulaah aku disanaa memecahkan keras kepalaamuu dan bercanda denganmu mengelilingi kampus menikmati sejuk angin bawah pohon....

Hinggaa kejamnya haluu menarik paksa kau dari khayalkuu....

Lalu kita kembali tak saling sapa lagi, saling lirik melirik, sampai nanti Renrenn kuu...

Eh, tapi... Ternyata halu ku ini sesuai ekspektasi loh. Dia mulai dekat denganku, dia kembali menyapa melalui chat and asked me how i am, hingga akhirnya kami saling memuji (yess, i feel i'm blushing).

Oh iya, namaku Nadiah Ayu... Sebut saja Nadia. Aku wanita yang tidak se-feminim wanita lainnya, aku berambut panjang berwarna sedikit merah. Aku merokok but no drugs and no free free an. 

Aku punya tatto kaligrafi di bagian sayap namun aku tetap berpakaian sopan tanpa pamer dada, perut atau punggung. Aku wanita baik dari keluarga baik-baik yang cuma kebanyakan bergaul dengan pria.

Yang paling mengherankan, entah mengapa Reno kembali ingin akrab denganku bahkan yang tak kusangka ia dengan berani mengajak bertemu denganku, meskipun ia ditemani dengan seorang wanita anggun, cantik, soleha dan berwajah sabar yang tak lain adalah juniornya.

Setelah pertemuan itu, hanya berselang beberapa hari, entah apa yang mempengaruhinya tiba-tiba ia mengatakan perasaannya padaku. Sontak aku terjejut dan hanya bisa mengangguk sambil senyum bangga dengan keberaniannya yang mengatakan cinta di hadapanku.

Ini pertama kalinya aku ditembak dengan seorang pria yang selama ini ku khayalkan dengan pikiran halu ku...

Menurutku hubungan kami begitu keren, tanpa ada posesif, tak harus melapor aktifitas 24x7. Meskipun jarang berduaan tapi hampir tiap hari kami bertemu di kampus bahkan ia sering datang ke kost ku hanya untuk merokok bersama, begadang dan bercerita hal yang masuk akal hingga yang tak masuk akal. 

Setelah beberapa lama kami bersama ternyata selama ini aku sedikit keliru dan telah membunuh cinta dia dan seseorang yang juga begitu mencintainya. Suatu hari di cerita berikutnya aku akan membahas dan meluruskan masalah ini tanpa harus ada masalah, emosi dan dendam diantara kita semua. :)

Rabu, 28 Desember 2022

I'm Fine But I'm Just Tried



Aku mengagumimu di suatu masa. Aku menginginkan dirimu bersamaku di suatu saat. Tapi tak pernah ku bayangkan kau pergi bersama yang lain. Belum tersampaikan perasaanku padamu tapi kamu sudah memilih bersamanya. Hatiku yang sebelumnya berbunga kini menjadi tak berguna.

Ku mohon tuhan, jangan tumbuhkan lagi cintaku padanya. Ku tau dia mengerti yang kurasakan tapi entah mengapa dia memilih dengannya? Ku mohon tuhan, jangan hadirkan lagi rinduku padanya. Aku tak ingin ada yang terluka dalam kisah ini.

Telah ku coba perlahan menghilang meskipun sebenarnya hatiku menginginkannya menjadi milikku. Ku ingat dahulu kami selalu saling menanyakan keberadaan dan keadaan. Sehari tak bersamanya hatiku pasti bertanya-tanya. Mungkinkah dia juga punya rasa cinta? Ku tau dia juga merasakan hal yang sama. 

Kini aku menyayanginya lebih dari seorang sahabat. Salahkah jika kini aku mencintainya yang kini tak sendiri lagi? Aku merasa hati ini mempermainkanku, aku tak percaya bahwa aku benar-benar jatuh cinta padanya.

Ku lihat senyumnya berbeda kali ini, senyum yang begitu indah meskipun senyum itu bukan untukku. Sudah cukup lama kita bersahabat namun baru kali ini ku punya rasa padanya.

Ucapan kata, "melihatmu bahagia bersamanya" adalah suatu kebohongan dari orang yang tersenyum dibalik tangis tanpa air mata. Melepas seseorang yang selama ini selalu ada digenggaman is another level of patah hati.

Aku Annaila, panggil saja aku Nay. Seorang remaja yang perlahan takut melalui proses pendewasaan diri. Seorang wanita yang selalu ceria dan tertawa lepas di hadapan semua orang. Seorang wanita yang dipatahkan berkali-kali oleh keadaan dan seorang wanita yang hebat dalam membohongi diri.

Dulu waktu kecil aku adalah seorang anak yang cengeng, untuk mendapatkan sesuatu aku harus menangis sekeras-kerasnya. Kini setelah aku beranjak dewasa masih tetap sama, masih cengeng. Bedanya, sekarang menangis diam-diam demi sesuatu yang tak bisa kudapatkan.

Aku harus sadar bahwa selama ini aku hanya ingin terlihat kuat, ingin terlihat ceria, hingga akhirnya aku lupa untuk memperbolehkan diriku untuk menangis mengeluarkan air mata.

Seharusnya kisah ini hanya tentang pertemanan tanpa melibatkan perasaan. Bukan tentang air mata, bukan tentang kesedihan dan bukan pula tentang kita yang tak bersama.

Tenang, senyum mu takkan pernah hilang, hanya saja akan memudar perlahan. Pertemanan ini akan tetap ada meskipun warnanya takkan lagi sama.

Aku pergi bukan untuk melupakanmu. Aku hanya butuh istirahat sejenak. Memberi ruang dan waktu untuk berterima kasih pada diriku yang kuat. 

Yes, i'm fine but i'm just tried... 

Runtuh, Utuh, Tumbuh




Berusaha kuat padahal rapuh, dipatahkan beribu kali namun berusaha tegar kembali. Berusaha tetap utuh padahal kenyataannya.... Runtuh!

Ini bukan perkara cinta atau persahabatan. Bukan tersakiti oleh cinta tapi tersakiti oleh keadaan keluarga yang tidak baik-baik saja.

Yuki, orang biasa memanggilku Yuki. Anak perempuan pertama dari tiga bersaudara. Anak perempuan yang sedari dulu pandai membohongi diri. Selalu terlihat kuat di depan kedua adikku adalah keseharian ku.

Titik paling runtuh dihidupku ketika dulu ku lihat Ayah pergi meninggalkan kami demi wanita lain dan kini ku lihat Ibu perlahan menua tak seperti dulu lagi. 

Sempat berpikir untuk menyerah, berhenti untuk kuliah dengan alasan finansial keluarga. Ibu tak sekuat dulu lagi, juga butuh biaya untuk kedua adikku. Namun perjuangan untuk sampai di titik ini juga tak semudah kata.

Pura-pura bahagia lebih baik jika dibandingkan dengan menjelaskan kesedihan. Ku lihat adikku saling menjelaskan kesedihan, hatiku menangis meski harus tersenyum memeluk mereka. Sosok Ayah yang dibanggakannya telah pergi dan sosok Ibu yang ceria tak nampak seperti dulu lagi. 

Terkadang sedih ketika harus memikirkan masa depan yang belum tentu hasilnya seperti apa. Aku takut, takut kehilangan lagi, takut tak bisa.... Akkhhh!!!

Tetap tumbuh walaupun runtuh, kita hanya manusia terluka. 

Lagu berjudul Runtuh ini menggambarkan suasana kisah ini, mewakili kata dari tiap kalimat.....

Mereka bilang, "Syukurilah saja"
Padahal rela tak semudah kata

Tak perlu khawatir, ku hanya terluka
Terbiasa 'tuk pura-pura tertawa
Namun bolehkah s'kali saja ku menangis?
Sebelum kembali membohongi diri...

Forced Love



Sejatinya perasaan tidak bisa kita paksakan. Kita tidak bisa merubah takdir kepada siapa hati kita akan jatuh cinta. 

Mungkin memang betul yang dikatakan orang-orang bahwa kita bisa memilih dengan siapa kita akan menikah tapi Kita tidak bisa memilih dengan siapa kita jatuh cinta.

Sekitar 5 tahun yang lalu disaat aku duduk di bangku SMA aku mengenal seorang pria yang tak lain adalah kakak sekelasku. Dia begitu baik, cerdas dan bersahabat.

Namanya Edgar, hingga saat ini aku masih mengaguminya. Jujur, sebenarnya aku suka dengannya tapi aku tak mampu menunjukkan rasa sukaku padanya.

Sekarang entah di bagian bumi sebelah mana dia berada, yang ku tau dia kuliah di salah satu kampus terbaik di negeri ini.

Oh iya, namaku Cesil. Sebenarnya aslinya Celinda tapi karena aku punya body yang imut jadi orang bilang Cesil alias Celin Kesil (kecil).

Hingga saat ini aku masih sendiri alias jomblo. Bukannya tidak ingin menjalin cinta dengan seorang pria, hanya saja aku tidak ingin larut dalam ikatan hubungan sementara yang berujung dosa.

Beberapa orang rela berteman dengan dosa setiap harinya agar hanya agar hubungannya baik-baik saja, bertoleransi dengan dosa hanya karena kata yang disebut cinta.

Saat ini aku hanya menunggu yang terbaik dari yang maha baik. Namun jika harus meminta atau menyebut nama dalam doa, mungkin aku akan menyebut namanya. Nama seseorang yang sejak dulu ku kagumi.

Meskipun ku tau bahwa tuhan telah menuliskan takdir untukku tapi aku yakin pilihan Nya lebih baik dari pilihanku. 

Saat ini aku di jodohkan dengan anak dari teman lama orang tuaku. Hatiku begitu terguncang namun aku harus tetap menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua.

Aku harus mengubur impianku untuk bisa bertemu dengan Edgar sebab aku akan dinikahkan dengan seorang pria yang bernama Vero.

Aku dan Vero belum pernah bertemu meskipun kata orang tuaku dulu kami tiap hari bersama disaat kami masih bayi hingga umur 4 tahun.

Meskipun berat namun harus ku jalani takdir ini. Diam-diam Ibu ku memberi nomor hp ku kepada Vero dan benar saja malam itu dia memulai chat denganku.

Meskipun aku tak ada hati dengannya namun dengan ramah aku menjawab beberapa pertanyaannya. 

Aku tak pernah sekalipun memasang foto profil di media sosialku termasuk di WhatsApp. Dia juga tidak pernah meminta fotoku.

Pernah sekali aku meminta fotonya karena dia juga tidak memasang foto di WhatsApp miliknya. Dia hanya berkata, akan lebih asyik jika bertemu langsung suatu hari nanti.

Pernah suatu hari Vero berkata padaku, jika suatu saat kami menikah apakah aku bisa menerimanya yang tidak seperti apa yang ku harapkan.

Aku menjawab, aku akan berusaha bisa menerimanya. Tapi apakah dia bisa memastikan jika harapku tidak akan sia-sia?

Entahlah, hari berganti hari, aku tidak tau harus berkata apa. Hatiku tetap tak berubah tapi perasaan ceriaku bisa kembali karena dia. Vero selalu membuatku tertawa dengan candaannya lewat telepon.

Kami mulai akrab namun tak pernah sekalipun kami melakukan video call atau mengirim foto. Biarkan saja dia penasaran dengan kecantikanku, lagi pula aku tidak akan terpesona dengan dirinya.

Setelah 3 bulan kami tak di pertemukan, tiba saatnya hari dimana kami akan bertemu. Sebenarnya aku penasaran dengan Vero dan sepertinya hatiku sudah mulai bisa menerimanya sedikit demi sedikit.

Tapi dua hari yang lalu, aku bertemu dengan Edgar. Lebih tepatnya aku melihatnya di sebuah tempat pusat perbelanjaan. Wajah, senyum dan tatapannya masih tetap sama seperti dulu. Itu membuatku dilema dengan perasaanku.

Hari dimana aku harus bertemu dengan Vero begitu kacau. Seharusnya kami bertemu di sebuah cafe yang telah ditentukan tapi aku tak bisa menemuinya karena suatu alasan.

Ketika menuju cafe tersebut lagi-lagi aku bertemu dengan Edgar. Kami saling bertatap mata, ia tersenyum padaku dan menyapaku. Dia ingat jika aku adalah adik kelasnya.

Kami sempat melakukan percakapan singkat, dia menanyakan kabarku, tempatku kuliah, bahkan sesekali bercanda bertanya mengenai statusku yang masih jomblo.

Seketika hatiku terguncang oleh Pria yang kusukai dalam diam. Aku hanya bisa berdoa jika dia memang jodohku, ku mohon gantikanlah Vero dengan Edgar namun jika itu mustahil aku berharap Vero mirip seperti Edgar.

Yang paling parah ketika aku hendak masuk ke cafe, Edgar terlebih dulu masuk ke dalam. Sontak perasaanku begitu panik dan malu jika Edgar harus mengetahui aku akan bertemu dengan seorang pria yang dijodohkan denganku.

Tanpa berpikir panjang aku langsung pulang. Aku membatalkan pertemuan dengan Vero. Aku beralasan kepada orang tuaku jika Vero tidak datang.

Mendengar hal tersebut Ibu ku hanya tersenyum dan berkata jika ternyata tadi Vero melihatku dari dalam cafe. Katanya, Vero begitu menyukaiku meskipun katanya aku orangnya pemalu.

Sejak kapan Vero melihatku? Apakah disaat aku bertemu dan berbicara dengan Edgar, ia menatapku dari dalam cafe? Entah apa yang harus ku katakan jika suatu saat kami bertemu?

Keesokan harinya, Ibu ku memintaku untuk berdandan cantik untuk siang hari karena akan ada tamu yang datang ke rumah. Aku tak pernah menyangka jika yang akan datang ke rumah adalah Vero dan orang tua nya.

Se-feminim mungkin aku harus terlihat cantik di depan mereka. Biar mereka tau kalau Vero sangat beruntung mendapatkan wanita cantik sepertiku.

Benar, mereka datang dan telah masuk ke rumah. Dengan senyum lembut aku berjalan keluar kamar untuk menemui mereka.

Sebelum keluar kamar aku berdoa, jika Vero memang jodoh dan takdirku aku pasrah dan akan berusaha melupakan Edgar walaupun begitu sulit.

Setelah keluar kamar aku menuju ke ruang tamu. Aku melihat orang tua Vero namun aku tak melihat wujud dari Vero.

Ketika seorang pria berjalan masuk dari arah pintu. Aku menatapnya dan lagi-lagi khayalku tertuju pada wajah Edgar.

Tapi tidak... Dia memang Edgar!! Apakah aku bermimpi? Apa maksud dari semua ini? Aku mencubit tanganku dan terasa sakit. Ini nyata, ada apa ini?

"Edgar Vero Baskara." Ucap pria yang berdiri di depan pintu dengan senyum mengejek.

Aku tak dapat berkata-kata, selama ini orang yang ku kagumi, yang ku cintai dalam diam, yang ku sebut dalam doa adalah jodohku...



Ternyata Bukan Aku



Selama ini wanita yang selalu dia banggakan, dan diceritakan padaku ternyata bukan aku.

Pikirku selama ini hubungan kami lebih dari sekedar Kakak dan Adik maksudku antara Senior dan Juniornya. 

Selama ini aku juga mencoba bertahan pada pikiranku yang selalu menganggap bahwa dia yang diceritakannya itu adalah aku dan tetap bahagia dengan cinta yang kurasa. Namun ternyata aku mencintai yang tak mencintaiku.

Perlahan kusadari bahwa aku memang tak punya hak untuk memaksakan keadaan ini. Aku tak boleh memaksamu untuk mencitaiku...

Namaku Ranti, seorang mahasiswi semester 4 yang perlahan jatuh cinta dengan senior kampus yang awalnya ku anggap seorang kakak namun hatiku membahasakannya sebagai rasa cinta.

Dari tatapan mata dan nada bicaranya, dia juga membahasakan rasa sayang padaku namun tetap aku tak ingin memaksanya untuk bisa mencintaiku seperti yang ku inginkan.

Suatu hari aku begitu kecewa padanya, ia mengungkapkan bahwa wanita yang selama ini ia ceritakan padaku adalah orang lain. Dia adalah mahasiswi yang berbeda jurusan dengan kami meskipun masih dalam satu fakultas. Setelah mengetahui perasaannya terhadap otang lain, aku mencoba mengutuk dan memaki diriku. 

Masih dalam diam, aku masih tetap bertahan dan berharap cerita ini akan berubah. Namun suatu hari ia mengatakan padaku jika ia telah mengungkapkan perasaannya pada wanita itu.

Saat ku tau ternyata ia saling mencintai, saat itu juga aku berpikir untuk pergi dan menghilang dari pandangannya. Aku memilih mundur dan menghilang dari kisah ini. 

Aku tak meyalahkanmu ataupun menyalahkan kisah ini. Aku menerimanya namun aku harus keluar dari kisah ini.

Namun sebelum aku pergi, aku ingin ia tau perasaanku. Ku ingin ia tau jika aku pernah bahagia disaat ia pernah menggenggam tanganku dikala kami jalan berdua di sebuah gang kecil, ku ingin ia tau jika aku merasa sangat di sayang ketika ia memeluk dan mencium keningku disaat aku rapuh dan sedih karena kehilangan seorang Ibu.

Ku ingin ia tau jika saat ini aku meneteskan air mata ketika aku mendengarkan lagu Pesan Terakhir dari Lyodra yang begitu mirip dengan kisah ini....

Tak ingin kau jauh....

Tapi takdir menginginkan kita tuk berpisah....

Genggam tanganku, sayang
Dekat denganku, peluk diriku
Berdiri tegak di depan aku
Cium keningku 'tuk yang terakhir

Ku 'kan menghilang jauh darimu
Tak terlihat sehelai rambut pun

Tapi di mana nanti kau terluka
Cari aku, ku ada untukmu

Semoga kamu bahagia dengannya Renn! :(
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Kamis, 17 Juni 2021

Jatuh Cinta Dengan Teman Angkatan [Ending]




Kita tidak pernah tau rencana tuhan...
Kita tidak pernah tau dengan siapa kita akan bertemu dan kita tidak pernah tau akan jatuh cinta pada siapa...

Seperti kisahku, aku tak pernah tau akan jatuh cinta dengan kekasih orang. Rasanya ingin memilikinya namun dengan segala kondisi, semua tidak memungkinkan.

Ini aku Evan, seorang pria yang pernah perlahan masuk dan mencari celah dalam hati seorang wanita yang telah mempunyai kekasih. Bagiku akulah pemenang dari kisah itu karena bagiku aku yang selalu ada untuknya akan mengalahkan dia yang lebih dulu ada di hatinya.

Namun pada kenyataannya semua anggapanku itu salah. Aku menyadari suatu hal bahwa hubunganku dengan Sasa hanya sebatas logika. Aku hanya berada di logikanya bukan pada perasaannya.

Setelah kejadian di alun-alun kota saat itu, aku dan Sasa tidak lagi seperti dulu. Kami tak saling membenci tapi kami bagai orang yang tak saling kenal. Kami bertemu, saling menyapa, saling senyum namun tak sedekat dulu lagi.

Setelah sekian lama, kami akhirnya lulus kuliah dan kebetulan kami di wisuda di hari yang sama. Hari itu Sasa ditemani oleh pacarnya yaitu Riko. Senang rasanya melihat Sasa tersenyum tulus disaat bersama Riko.

Di sore hari setelah acara selesai, kami mengadakan acara perpisahan dengan teman angkatan.... 

Di bawah sebuah pohon yang berada dekat koridor kampus aku menghampiri Sasa yang sedang duduk sendiri.

"Hey..." Aku menyapanya.

"Hey Evan..." Balas Sasa.

Kami duduk bersampingan menatap lurus ke depan, menatap lorong koridor tempat dimana dulu kami sering berkumpul disaat masih berstatus mahasiswa baru. Kami kembali akrab dengan bercerita kenangan di koridor tersebut. Hingga cerita kami tiba pada suatu kenangan antara kami berdua.

Ada rasa malu bercampur cinta ketika mengingat saat-saat itu. Termasuk kejadian disaat aku dan dia..... If you know what i mean!

Sesaat kami saling menatap, entah apa yang lucu tiba-tiba secara bersamaan kami tertawa tak tertahankan hingga akhirnya Sasa menangis dan memukulku.

"Evan!! Kamu jahat!! Kenapa baru sekarang kamu mau bercanda seperti ini lagi?" Sasa tak henti mengeluarkan air mata dan sesekali mencubitku.

Aku mengusap air matanya sambil menatapnya sambil membisikkan sesuatu...

"Plisss jangan menutup matamu disini, ini tempat umum." Bisikku kemudian mendorong keras jidatnya menggunakan jari telunjukku. 

Kemudian Sasa memukul dan mengejarku penuh kekesalan. Setelah saat itu kami kembali akrab seperti disaat kami pertama kenal dulu.

Akhir pertemuan itu aku pamit kepada Sasa. Dua hari lagi aku harus pulang ke daerah tempatku tinggal. Mendengar hal itu Sasa kembali menangis dan tiba-tiba langsung memelukku.

"Terimakasih Sasa, semua tentangmu takkan pernah ku lupakan, semua kekonyolan, semua kecerobohan dan kebodohanmu juga takkan ku lupakan. Terimakasih juga untuk dosa terindah dalam hubungan yang rumit ini." Ucapku pada Sasa.

Tak ada hal yang baik dari hubungan yang rumit meskipun sebenarnya itu dapat mendewasakan diri. Ini adalah dosa terindah yang takkan pernah ku ulangi. Terimakasih Sasa, semoga suatu saat kita bertemu kembali namun dengan kebahagiaan  masing-masing.

"Memendam rasa itu memang tak baik namun mengungkapkan rasa pada seseorang yang tidak tepat juga tak ada baiknya. Menjadi perebut kekasih orang juga tidak baik apalagi memaksa seseorang untuk mendua."

******************

Drama kehidupan tak pernah ada habisnya...
Aku tak pernah mengetahui apa yang terjadi selama 7 jam terakhir. Yang ku tau aku terbangun di pagi ini setelah tertidur selama 7 jam.

Entah drama apa yang akan terjadi di hari ku ini. Hingga saat ini pikiranku masih tertinggal di sebuah kenangan beberapa waktu yang lalu dan itu juga adalah sebuah drama yang melibatkan perasaan dan emosiku...

Ini aku Sasa, seorang wanita yang dulu pernah mencintai dua orang pria di waktu yang salah. Namun pada akhirnya aku menyadari bahwa yang telah lama menetap di hatiku adalah suatu kepastian dan yang memberi harapan kecerahan meskipun suasananya baru, itu belum menjadi kepastian bagiku.

Jujur ku akui, lebih seru rasanya bersama Evan yang tingkahnya sama sepertiku. Konyol, ceroboh dan cerewet... Tapi.... Setelah kejadian terakhir, Evan berubah dan tak pernah lagi ceria apalagi bercanda padaku.

Memang saat itu aku membentak dan mengusirnya hanya karena emosi sesaat. Mungkin itu yang membuat hatinya sakit, ditambah lagi aku lebih memilih Riko dibanding dirinya. Jika menjadi Evan, mungkin aku akan melakukan hal yang sama yaitu membenci Sasa!

Setelah beberapa lama menjaga jarak dan menjaga bicara akhirnya suatu hari kami kembali memberanikan diri untuk saling berbicara.

Berawal dari hari wisudaku, hari itu Riko datang ke kampus untuk ikut menghadiri acara wisudaku. Riko juga sudah sarjana beberapa waktu yang lalu loh, dia lanjut kuliah lagi karena dapat beasiswa. Dia memang cerdas berbeda dengan aku. Hahahaa...

Hari itu Riko mengajakku untuk makan malam. Aku berharap itu adalah malam dimana ia akan melamarku, nanti kita cerita mengenai itu...

Kembali di hari wisudaku, saat itu aku sering menatap Evan dari kejauhan. Hingga saat itu ia belum mau berbicara padaku. Setelah acara wisuda selesai, di sore hari kami berencana ingin berfoto angkatan sekalian perpisahan.

Sebelum semua teman berkumpul aku ingin menikmati kampus ini sekali lagi. Kemudian aku menuju ke sebuah taman kecil yang berada di dekat koridor kelas. Di bawah sebuah pohon aku duduk sendiri menikmati sejuknya hembusan angin.

Kemudian, tiba-tiba seseorang menghampiriku. Tanpa berbalik menatapnya aku sudah tau jika itu adalah Evan dan betul itu adalah dia. Hatiku kembali merasa kegembiraan yang berbeda. Kami pun saling menyapa.

Saling bercanda dan bernostalgia seperti ini adalah hal yang kurindukan darinya. Hingga aku tak sadarkan diri mengeluarkan air mata karena sangat bahagia bisa kembali akrab dengannya. Ingi rasanya menyentuhnya, aku pun memukul dan mencubitnya sebagai tanda ini nyata!

Evan mengusap air mata bahagia ini. Pikirku ia akan mendekati wajahku karena sesuatu. Belum sempat ku tutup mataku ia pun berkata...

"Plisss jangan menutup matamu disini, ini tempat umum." Kemudian mendorong keras jidatku menggunakan jari telunjuk.

Aku kesal dibuatnya hingga aku memukul dan mengejarnya. Setelah lelah berlari, dia berada tepat di hadapanku sambil tersenyum ia mengucapkan kata perpisahan. Itu membuat hatiku begitu sedih...

Air mata ini kembali bercucuran dan tanpa pikir panjang aku memeluk Evan. Dalam pelukannya aku menangis terdiam tanpa sepatah kata. Begitu sedih rasanya ketika mendengar ucapan terimakasih dan selamat tinggal darinya.

Dari dalam hati paling dalam aku hanya dapat berkata maaf...

"Maafkan aku Evan, kenangan bersamamu juga akan ku abadikan di hatiku. Terimakasih juga atas kehadiranmu disaat aku membutuhkanmu." Ucapku dalam hati.

Setelah hujan selalu ada pelangi yang bersinar. Setelah kesedihan hadirlah kebahagiaan yang terpancar...

Malam itu aku diajak makan malam bersama Riko dan sungguh bahagia rasanya ketika harapan yang didambakan menjadi kenyataan. Yah, malam itu Evan ehh maksudku Riko melamarku. Sungguh senang rasanyaa.

Setelah air mata kesedihan, air mata kebahagiaan pun bercucuran dari mataku. Riko akan mengajak orangtuanya bertemu dengan orangtuaku dan kalau tidak ada halangan kami berencana akan menikah di tahun ini.

"Tak ada yang salah untuk hati yang pernah tersesat. Selama masih menemukan jalan pulang janganlah menetap di tempat yang kelihatan nyaman namun sesaat. Selalu ada jalan untuk pulang meskipun kita harus singgah beristirahat sejenak menikmati beberapa hal yang tak pernah kita rasakan sebelumnya."

*********************

Aku percaya dalam hidup ini akan ada banyak situasi yang kita lalui. Aku pernah melalui beberapa situasi yang membuatku hampir menyerah namun pada akhirnya bisa ku lalui.

Bahkan situasi yang membuatku dilema antara kehidupan dan perasaan seseorang. Aku percaya tuhan menciptakan keadaan sepaket dengan pembelajaran di dalamnya dan memang itu yang terjadi padaku selama ini.

Ini aku Riko, orang jahat yang pernah menghilang tanpa kabar pada wanita yang selalu menantiku. Aku juga orang jahat yang pernah berpura-pura mengisi hati seorang wanita yang telah pergi untuk selamanya...

Tak pernah terpikirkan olehku sebelumnya jika kesetiaan itu berujung indah. Saat ini jika tak ada kuliah atau kegiatan aku kebanyakan menghabiskan waktu bersama Sasa. Sekarang kuliah dan kegiatanku tak sepadat dulu lagi.

Setahun yang lalu aku lulus kuliah dan saat ini aku lanjut kuliah lagi. Kuliahnya cuma beberapa kali seminggu membuatku banyak menghabiskan waktu bersama Sasa.

Hingga saat ini pikiranku masih sering teringat pada seseorang. Yah betul, itu adalah Luna... Seorang wanita yang menaruh harapan padaku disaat terakhir hidupnya. Sering aku mendoakannya dan terakhir kali aku bermimpi ia datang padaku.

Dalam mimpi, Luna seolah memberi isyarat bahwa ia jauh lebih baik disana dan juga memberiku isyarat untuk lebih serius pada Sasa. Sejak saat itu aku berjanji tak akan menyia-nyiakan hubunganku dengan Sasa.

Di hari wisuda Sasa aku diundang untuk hadir. Bersama kedua orangtuanya aku datang di acara itu. Orang tua Sasa sudah mengenalku sejak kami masih sekolah dulu. Mereka percaya penuh padaku untuk menjaga Sasa sejak dulu.

Tanpa sepengetahuan Sasa aku meminta izin kepada kedua orangtuanya untuk melamarnya. Mereka setuju dan memintaku untuk mempertemukan mereka dengan kedua orangtuaku. Katanya, urusan penghasilan bisa dicari yang terpenting adalah sama-sama suka.

Hari itu juga, selepas acara wisuda aku mengajak Sasa untuk makan malam. Katanya, ada acara perpisahan dulu dengan teman angkatannya di sore ini. Jadi kami sepakat akan bertemu di malam itu.

Tiba saatnya di malam kami bertemu. Sasa begitu berbeda, ia begitu cantik dari biasanya. Tapi bukan Sasa namanya kalau jarang tertawa terbahak-bahak.

Malam itu aku mengungkapkan perasaanku yang ingin lebih serius dan mengajaknya untuk menikah. Sasa tampak begitu bahagia terlihat dari matanya yang berkaca-kaca. Kami akan menikah beberapa bulan lagi setelah orang tua kami bertemu.

"Terimakasih Sasa, kamu masih mau menerimaku meskipun hatiku pernah bersama yang lain."

"Terimakasih Luna, kamu memberiku pelajaran yang begitu berarti."

"Yang menjadi terpenting dalam kehidupan adalah bagaimana kita menjadi berarti bagi kehidupan orang lain. Terkadang kita harus kehilangan sebelum mengerti sebuah makna hidup. Maka dari itu hiduplah sekali, berarti, lalu mati."


Minggu, 06 Juni 2021

Jatuh Cinta Dengan Teman Angkatan III




Aku pergi tanpa kabar bukan untuk menghindarimu. Anggap saja aku pura-pura melupakanmu. Nanti disaat waktu yang tepat aku akan kembali dan menceritakan sebuah kisah yang menjadi alasan mengapa jarak kita harus jauh untuk sementara.

Entah kamu mau menerimaku kembali, entah kamu mau percaya atau tidak itu adalah hak mu. Hanya saja sudah menjadi kewajibanku untuk berkata jujur padamu.

Aku Rifki, teman-temanku biasa memanggil dengan nama Riko. Bukan tanpa alasan, sebab di waktu SMA dulu ada beberapa teman yang namanya juga Rifki. 

Kebetulan saat itu aku adalah Ketua Osis maka orang memanggilku Riko singkatan dari Rifki Ketua Osis dan hingga sekarang nama Riko melekat padaku.

Aku adalah anak yang pendiam dan sangat malas untuk bicara panjang lebar berbeda dengan seorang wanita yang ku kenal sejak masih sekolah dulu. 

Wanita itu namanya Sasa. Anak yang cerewet, suka teriak, dan ketawanya keras, kalau tertawa terkadang sampai memukul atau mencubit. Sasa itu adik kelasku dan dia juga pacarku. 

Tuhan memang maha adil dan maha asyik. Menciptakan manusia berpasangan untuk saling menutupi kekurangan. Jika aku adalah mendung maka Sasa adalah pelangi, tapi dia kayaknya lebih cocok jadi gledek.

Hubungan kami begitu manis tapi juga terkadang asin hingga akhirnya suatu saat berubah menjadi pahit dan pedis. Di suatu waktu yang salah, hatiku berkhianat meskipun pikiranku selalu memberontak akan kesalahan ini.

Beberapa tahun yang lalu aku bergabung di sebuah komunitas yang bergerak di bidang kesenjangan sosial, lebih tepatnya kegiatan berbagai dan sedekah kepada tunawisma atau anak gelandangan.

Kebetulan saat itu aku menjadi ketua komunitas tersebut. Dibantu oleh beberapa teman angkatan yang se-fakultas denganku. Termasuk salah satunya adalah seorang teman yang namanya Shafaluna atau lebih akrab dipanggil Luna.

Luna adalah wanita yang lemah lembut namun penuh semangat dalam kesehariannya. Dibalik semangat itu ia mempunyai fisik yang lemah. Tak jarang ia pingsan dan lemas secara tiba-tiba.

Betul yang dikatakan kebanyakan orang. Perasaan suka diantara sepasang orang teman itu pasti akan timbul seiring berjalannya waktu tergantung seberapa sering ia bersama.

Luna begitu paham dan tau jika aku mempunyai pacar yang namanya Sasa dan aku sering cerita padanya mengenai hubunganku. Sebenarnya awal dari rasa nyaman itu adalah curhat. Awalnya curhat lama-lama jadi suka.

Aku yang awalnya sering curhat mengenai hubunganku dengan Sasa namun kemudian Luna mulai terbuka mengenai kehidupannya. Ayah dan Ibunya telah pisah sejak ia balita. 

Luna mempunyai penyakit yaitu sering sakit kepala yang tak tertahankan yang membuatnya terkadang tiba-tiba kehilangan kesadaran dan terjatuh pingsan.

Sudah beberapa kali ia pingsan di hadapanku dan pernah sekali aku melihatnya mengeluarkan darah dari hidungnya. Katanya itu sudah biasa dan katanya jika terlalu lama dibawah terik matahari biasanya ia mimisan.

Suatu hari aku ke kamar kostnya ingin meminjam sebuah buku. Kebetulan kami tinggal di kost yang sama, bedanya anak perempuan kamarnya di lantai dua sedangkan anak cowok di lantai bawah. Pintu kamarnya sedikit terbuka dan terdengar suara pelan tangisan Luna.

Setelah aku membuka pintu aku melihat hidung dan mulut di wajahnya dipenuhi darah. Aku panik dan segera mengambil tisu yang ada di atas rak lemarinya. Saat itu aku membersihkan wajahnya. Luna tak henti menenangkan dan berbisik padaku agar aku tak panik dan tidak memberitahukan kepada siapapun.

Saat itu Luna memelukku dan bersandar di dadaku. Sambil menghela nafas panjang ia memohon supaya aku tidak menceritakan mengenai yang aku lihat. Kemudian aku menenangkannya sambil menunggu ia akan menceritakan yang sebenarnya.

Sejak beberapa tahun yang lalu Luna mengalami trauma atau benturan di kepala yang mengakibatkan pendarahan di selaput otaknya. Namun katanya itu tidak berbahaya dan tak ada hubungannya dengan mimisan. 

Sejak saat itu aku jadi lebih perhatian padanya. Itu salah satu hal yang membuat perhatianku terbagi antara Sasa dan Luna. Disana ada Sasa yang merasa rindu akan hadirku dan disini ada Luna yang membutuhkanku.

Suatu hari, aku berada di kampus bersama Luna dan tanpa sebab ia kembali pingsan. Aku bersama teman-teman menolongnya dan lagi-lagi hidungnya mengeluarkan darah. Karena kami panik maka kami membawanya ke rumah sakit.

Disaat yang genting seperti itu tiba-tiba Sasa menelpon dan menuduhku dekat dengan seorang wanita. Sontak emosiku tak tertahankan hingga akhirnya kami saling bernada tinggi. Tak hanya sampai disitu, itu berlanjut di chat. Astagaa!!

Beberapa hari belakangan hubunganku dengan Sasa sedang tidak baik-baik saja. Aku memilih untuk menenangkan diri dan membatasi komunikasi dengannya. Aku lebih banyak menghabiskan waktu di rumah sakit untuk menemani Luna.

Di suatu malam, disaat aku hanya berdua dengan Luna di sebuah kamar rumah sakit, ia menatapku dan bertanya padaku.

"Apakah di dunia ini ada seorang pria yang mau menikah dengan orang yang menyusahkan seperti aku ini yah?" Tanya Luna.

Aku mencoba menenangkannya dengan menjawabnya dengan serangkaian kata bijak yang pada intinya jika tuhan berkehendak siapapun bisa termasuk aku.

Kemudian Luna kembali bertanya padaku.

"Jika tuhan menuliskan takdir aku menikah denganmu, apakah itu hal yang mustahil?"

"Tak ada yang mustahil, sekalipun kita menolak mungkin Tuhan hanya tersenyum memberi isyarat bahwa yang telah ditakdirkan haruslah terjadi." Jawabku pada Luna.

"Bolehkah kita berpura-pura menjadi takdir itu? Meskipun hanya sementara apakah boleh untukku memiliki takdir yang telah Tuhan takdirkan bukan untukku?" Luna menatapku dengan raut wajah kesedihan.

Saat itu aku hanya tersenyum menatapnya. Entah mengapa aku sangat menyayangi Luna. Entah mengapa aku tiba-tiba mencium keningnya dengan penuh rasa sayang. Luna menutup mata dan mengeluarkan air mata kemudian berbalik membelakangiku hingga akhirnya ia tertidur.

Beberapa hari kemudian, disaat Luna telah agak baikan, aku menghubungi Sasa dan mengajaknya bertemu. Aku ingin menceritakan semuanya padanya namun disaat kamu bertemu bibirku tidak dapat menceritakannya.

Aku merasa ketakutan berkata jujur padanya. Aku merasa takut kehilangannya apabila ku katakan sekarang. Aku juga takut jika Sasa membenci Luna yang tidak bersalah dalam kisah ini. Aku hanya bisa tersenyum dan menatap Sasa meskipun sesekali kami bercanda seperti biasanya.

Hubunganku dan Sasa mulai membaik namun pada akhirnya sesuatu terjadi yang membuatku harus menghilang dari Sasa. Ini begitu jahat buat Sasa namun disatu sisi aku ingin berbuat sesuatu yang mungkin baik bagi Luna.

Suatu hari aku menemani Luna ke rumah sakit untuk memeriksa kondisi kepalanya. Dokter memberitahukan padaku bahwa dalam waktu dekat Luna harus menjalani operasi sebab jika tidak darah di kepalanya akan membeku dan kemungkinan terburuknya bisa mengakibatkan kematian.

Luna sudah mengetahui kondisinya itu sejak lama. Ia begitu pasrah menjalani hari hingga suatu hari ia memohon padaku agar dia tidak menjalani operasi. Aku sempat menolak namun ia menangis memohon dan menolak untuk di operasi.

Yang paling membuatku dilema adalah ketika Luna memohon untuk aku ada disaat terakhirnya. Ia ingin merasakan cinta dari seorang pria karena baginya ia sudah menganggapku saudara sekaligus ayah.

Disaat terakhir Luna begitu posesif padaku. Itu yang membuatku harus menghilang dari Sasa. Semua perhatianku harus untuk Luna dan itu semua kulakukan cuma sementara.

Hanya beberapa hari, kurang lebih seminggu aku menghilang dari kehidupan Sasa dan saat itu pula aku berada di kehidupan Luna. Hari itu Luna kembali mimisan. Kali ini darahnya begitu banyak hingga akhirnya ia tak sadarkan diri. Dengan cepat aku membawanya ke rumah sakit.

Sehari sebelum kejadian yang memilukan ini aku dan Luna sempat berada berdua di kamar kost. Luna tampak begitu senang dengan kehadiranku. Tak terlupakan di ingatanku disaat Luna memelukku tepat di waktu aku berdiri di hadapannya.

Tanganku tak terasa ikut memeluknya. Rasa ini, rasa yang tak pernah kurasakan. Ini seolah pelukan kasih sayang akan kehilangan. Aku kembali mencium keningnya dengan cukup lama sambil menutup mata merasakan kasih sayang ini.

Awalnya aku hanya berpura-pura menuruti semua inginnya namun disaat terakhir aku begitu menyayangi dan nyaman bersamanya. Hingga akhirnya tiba waktu dimana ia berada di rumah sakit untuk terakhir kalinya.

Dokter berkata padaku jika ia harus segera di operasi namun sangat kecil kemungkinan untuknya bisa bertahan. Setelah beberapa jam berjuang  akhirnya Luna menghembuskan nafas terakhir dan itu membuatku sangat sedih kehilangannya. Sungguh tangis ini begitu sakit terasa di hatiku.

Aku kehilangan seseorang yang membuatku merasakan kasih sayang dan mungkin tak lama lagi aku juga kehilangan orang yang selama ini menanti kabar dariku. Setelah pemakaman Luna aku kembali menjalani hari namun dengan perasaan yang berbeda.

Suatu hari, aku ingin menenangkan diri. Aku memutuskan untuk pergi ke sebuah alun-alun kota dimana disana ramai dengan jajanan. Saat itu terjadi sebuah tragedi yang membuatku sedikit heran.

Saat itu aku melihat Sasa bersama seorang pria. Mungkin saja itu adalah temannya namun yang menarik perhatianku ketika ku lihat Sasa menangis. Aku menghampirinya kemudian bertanya namun tiba-tiba pria itu memukulku.

Menurut mereka aku menduakan Sasa dengan seolah ia melihatku bersama wanita di tempat itu padahal aku ke alun-alun kota seorang diri. Ku pikir itu adalah ilusi mereka namun mungkin saja wanita ituu?? Ah sudahlah, ini saatnya aku berkata jujur pada Sasa mengenali yang terjadi selama ini.

Setelah kejadian itu, Sasa masih menerimaku dan percaya bahwa ada suatu alasan dibalik semua ini. Aku menceritakan semuanya dan Sasa percaya padaku. Aku dan Sasa pernah datang ke makam Luna bermaksud untuk memperkenalkan mereka meskipun mereka tak dapat bertemu.

Bagiku Luna adalah wanita yang mengajarkanku arti pentingnya perhatian dan kasih sayang kepada pasangan karena tak selamanya pasangan kita akan selalu ada di dunia ini. Sejak saat itu aku berjanji akan selalu ada untuk Sasa...


Jatuh Cinta Dengan Teman Angkatan II




"Katamu cinta? Selama seminggu kamu menghilang apakah itu namanya cinta?" Suaraku meninggi disaat berdebat dengan Riko.

Sejak saat itu ia jarang menghubungiku lagi bahkan untuk bertemu denganku ia selalu banyak alasan. 

Mungkin hal itu yang membuat hubungan kami menjadi tak sedekat dulu lagi. Sebuah komunikasi yang tak sehat, tanpa kabar, tanpa perhatian!! Ia tak lagi sama seperti dulu, beberapa teman juga bilang jika ia sedang dekat dengan seseorang dan bodohnya aku waktu itu yang tetap bertahan dengan harapan yang begitu besar padanya.

Namaku Sarinah, orang-orang bisa memanggilku dengan nama Sasa. Aku seorang mahasiswi tingkat akhir yang pernah tersesat di dalam rumitnya sebuah hubungan yang disebut..... Apa yah? Hahahaa....

Beberapa tahun yang lalu aku bertemu seorang cowok, tepatnya disaat aku mendaftar kuliah lebih tepatnya lagi mendaftar ulang atau menyetor berkas biodata yang telah diisi online. Sebenarnya itu hanya akal-akalan senior supaya bisa bertemu dengan Mahasiswa Baru alias Maba. 

Saat itu aku yang antri bertemu dengan seorang mahasiswa yang nantinya akan menjadi teman angkatan sekaligus menjadi orang yang membuat perasaanku begitu rumit. Yah, dia adalah Evan. Seorang mahasiswa yang banyak tanya meskipun ia belum kenal akrab denganku waktu itu.

Ini pertama kalinya aku bertemu dengan orang yang karakternya seperti Evan. Dia sedikit kekanakan, banyak tanya, dan tak pernah kehabisan pembahasan. Hal itu yang membuatku langsung akrab dengannya karena ia sedikit berbeda dari cowok yang ku kenal.

Singkat cerita. Dalam perkenalan singkat, kami begitu nyambung dan sama-sama konyol dan ceroboh. Saat bersamanya aku merasakan rasa nyaman yang tak pernah ku rasakan sebelumnya. 

Hanya dengan tiap kali bertemu dengannya saja aku bisa melupakan masalah atau kesedihan yang kurasa. Waktu itu aku harap kisah ini berakhir bahagia namun pada akhirnya aku memang tetap bahagia tapi dengan suasana yang berbeda. 

Suatu hari aku bertemu lagi dengan Riko. Kami jalan dan makan di suatu tempat di sebuah pusat perbelanjaan. Tatapan tulus dari Riko masih sama seperti disaat pertama kali aku bertemu dengannya. Nada bicara dan senyumnya juga masih tetap sama padaku.

Riko adalah orang yang begitu spesial bagiku. Dia adalah idolaku sejak kami masih duduk di bangku SMA. Ia adalah kakak kelasku yang menjadi pacarku. Namun setelah ia lulus sekolah dan melanjutkan kuliah, aku merasa ia sedikit berbeda dari segi perhatian.

Dengan pikiran positif, aku selalu beranggapan jika ia sibuk dengan tugas kampus. Setelah lulus sekolah aku pun melanjutkan kuliah dan aku memilih kampus yang juga satu kota dengan Riko, meskipun jarak kampus kami juga sedikit jauh.

Meskipun kami di kota yang sama namun kami sangat jarang bertemu. Jangankan bertemu untuk saling komunikasi saja sudah sangat jarang dan saat itu aku lebih sering menghabiskan waktu bersama Evan.

Yah dia Evan, seorang teman yang bisa dikatakan sefrekuensi denganku. Di masa-masa menjadi Mahasiswa Baru aku sering bersamanya. Ia bahkan rela ikut di hukum oleh senior apabila aku melakukan kesalahan atau kecerobohan seperti lupa mengerjakan tugas.

Hari-hari ku lalui dengan ceria bersama Evan. Kami pun mulai dekat dan ku lihat Evan cukup tau diri untuk menjaga jarak dan perasaan padaku. Awalnya aku tak merasakan sesuatu padanya hingga suatu hari akuuu dan diaa.... Singkatnya, bisa dibilang aku jatuh cinta pada orang yang tidak tepat dan di waktu yang tidak tepat pula!!. Aku jatuh cinta dengan teman angkatankuuu. Iyaaa itu adalah Evan!

Suatu malam aku mendapat kabar jika Riko dekat dengan seorang wanita yang tak lain temannya juga di kampus. Malam itu juga aku menelponnya namun Riko menyangkal hubungannya. Jujur ku akui aku masih sangat mencintai dan berharap pada Riko namun disisi lain Evan juga selalu ada untukku. Aku begitu egois membiarkan mereka masuk ke dalam kisah yang rumit ini.

Pernah suatu hari disaat aku butuh tempat untuk mencurahkan semua permasalahan ini Evan tiba-tiba menghubungiku. Katanya ia ingin ke kost ku. Dengan senang aku menyuruhnya datang karena kebetulan beberapa penghuni kost pulang kampung karena hari libur kuliah.

Tak lama Evan pun datang dan langsung masuk ke kamarku seolah menganggap kamarnya sendiri. Tanpa izin ia langsung menguasai tempat tidurku sambil menonton tv.

Saat itu aku lagi chat dengan Riko membahas kelanjutan pertengkaran kemarin. Jenuh dengan chat yang tanpa penyelesaian ini aku menuju ke arah Evan yang berada di kasur. 

Aku berbaring disampingnya dan ku ceritakan semua yang ku rasakan.Tampaknya ia begitu menyimak ceritaku dan fokus menatapku. Setelah ceritaku selesai ia masih menatapku tersenyum. 

Hufft... Sebenarnya ia juga begitu tampan namun hanya sedikit kekanakan. Baiklah, aku mengerti situasi seperti ini. You know what i think!! And no no noo!! We just kiss without hug or blablabla!!

Aku mencintai dua pria di waktu yang tidak tepat. Hubunganku dan Evan begitu tertutup rapat hingga saat ini. Tapi kami memutuskan untuk mengakhiri hubungan ini karena suatu hal.

Setelah setahun menjalin hubungan tersembunyi dengan Evan aku juga masih tetap menjalin hubungan dengan Riko meskipun kadang kami kembali baik dan kembali bertengkar lagi. 

Suatu hari aku dan Evan lagi jalan di sebuah alun-alun kota yang menyediakan banyak jajanan anak muda. Dari jauh aku melihat Riko yang sedang jalan dengan seorang wanita. Aku rasanya ingin mendatangi mereka namun aku juga takut karena saat ini aku bersama Evan.

Evan dan Riko belum pernah bertemu namu Evan tau wajah Riko dari fotonya yang ada ponselku. Evan menyadari yang kurasa, kami berusaha menghindar namun tetap aku selalu ingin melihat Riko yang begitu mesra bergabdengan dengan seorang wanita.

Tanpa sadar aku menangis begitu sedih....
Kesedihan yang kurasa begitu dalam. Aku sedih karena melihat Riko dengan wanita lain dan aku juga sangat sedih karena menyadari kesalahanku yang selama ini juga mendua. Aku kasihan pada diriku yang dikhianati, aku kasihan pada Riko yang ku khianati dan aku juga kasihan pada Evan yang aakkhhh.....!!!

Aku yang sedang menangis tiba-tiba terlihat oleh Riko. Ia menghampiri kami, aku begitu panik dan cemas hingga merasa sedikit sesak.

Riko menatap Evan sambil menanyakan sebab aku menangis. Evan tak menjawab dan tanpa basa-basi langsung menghantam wajah Riko berkali-kali dengan keras hingga Riko terjatuh kesakitan. 

"Itu adalah jawaban dari pertanyaanmu! Orang yang selama ini menanti kabar dan perhatianmu kamu balas dengan menduakannya!" Teriak Evan.

Seketika suasana jadi ricuh. Aku berlari melerai mereka dan tanpa sadaar aku memeluk Riko untuk menghalangi Evan yang kembali ingin menyerang Riko.

"Cukup Evan!! Cukuup!! Teriakku dengan tangis yang pecah sambil memeluk Riko.

"Tapi Sasa... Dia ituu... Sudahlah ayo kita pergi dari sini." Ajak Evan.

"Kamu yang pergi dari sini..!! Tinggalkan kami!! Aku tak ingin melihatmu lagi!!" Aku begitu sedih melihat Riko kesakitan.

Sejak kejadian itu aku tak lagi saling berhubungan dengan Evan. Saat itu juga Riko meminta maaf dan menjelaskan segalanya padaku. Dari pengakuan Riko, ternyata selama ini ada sebuah alasan mengapa ia menjauh dariku.

Selama ini aku yang bersalah karena telah menduakan Riko dan memberi harapan pada Evan. Saat ini aku dan Riko kembali menjalin hubungan yang baik dan menyelesaikan permasalahan yang telah terkoyak sebelumnya.

Maafkan aku Evan... Jujur aku juga mencintaimu. Kamu memang selalu ada untukku namun sampai saat ini masih Riko yang selalu ada di hatiku. :(

Selama ini alasan Riko melakukan semua ini karena ada suatu hal yang mengharuskan ia menjauhiku dan itu akan dijelaskan sendiri olehnya...

Jatuh Cinta Dengan Teman Angkatan I




Kampus... Tempat dimana sebagian orang menganggapnya tempat yang menakutkan dan membosankan. Bukan dari mata kuliahnya melainkan pengkaderan dan seniornya.

Tapi dibalik penderitaan menjadi mahasiswa ada rasa yang rumit lebih dari kisah anak SMA banggakan yaitu jatuh cinta dengan teman angkatan.

Aku Evan, seorang pria yang penuh penyesalan hanya karena memendam rasa pada seorang wanita yang telah mempunyai pasangan. Yah, memang bodoh dan tidak baik jika memendam rasa pada seseorang apalagi teman yang sudah dimiliki oleh orang lain.

Aku mengenal seorang wanita, namanya Sarinah. Teman-teman biasa memanggilnya Sasa. Dia adalah teman angkatan yang juga satu jurusan denganku di kampus. 

Kami sudah saling mengenal sekitar 3 tahun yang lalu. Tepatnya ketika kami masih menjadi Mahasiswa Baru atau biasa disebut Maba. Kebetulan ia adalah teman wanita pertama yang aku kenal saat itu.

Kami bertemu disaat antri di sebuah antrian untuk pendaftatan ulang calon mahasiswa baru. Sejak saat itu kami akrab dan saling memperkenalkan diri. 

Hampir tiap hari kami selalu bertemu dan sering jalan berdua karena kebetulan kami belum mengenal banyak teman angkatan kami. Disaat bersamanya aku diam-diam sering memperhatikan wajahnya yang cantik. 

Dia selalu tertawa lepas dengan tingkah dan candaanku meskipun itu hanya candaan kecil. Aduh, bagiku dia begitu sempurna dan aku memendam rasa padanya. Aku jatuh cinta namun tak ku ungkapkan hanya karena takut dan sudah pasti ditolak dan aku juga takut jika pertemanan kami rusak.

Sasa tidak pernah peka dengan sinyal yang kuberikan padanya. Tentu saja ia tidak pernah peduli dengan sinyal yang kuberikan karena sebelumnya sudah ada yang telah mengisi hatinya jauh sebelum bertemu denganku.

Aku menyadari jika aku hanyalah orang yang mengisi keseharian Sasa disaat ia bosan dan butuh teman. Akhir-akhir ini kami selalu bersama namun tanpa ikatan. Aku terkadang merasa bersalah jika harus memaksa hadis cantik ini untuk mendua meskipun aku siap untuk menjadi yang kedua.

Cowok mana yang tidak baper jika si cewek begitu nyambung dalam segala hal, bahkan termasuk dalam hal tingkah konyol. 

Pernah suatu hari aku datang ke kostnya ketika hari itu tak ada jadwal pengumpulan pengkaderan. Tanpa canggung aku langsung melompat ke atas kasur tempatnya tidur. Saat itu kostnya lagi sepi karena hari libur dan bisa dibilang kost Sasa itu bebas asal sopan. Sasa hanya duduk di sebuah kursi kecil sambil menatapku tersenyum sedikit mengejek.

Sambil menonton tv diatas kasur aku berbaring dengan santai. Tak lama kemudian Sasa menghampiriku dan mendorong tubuhku seolah memberi isyarat bahwa ia juga butuh tempat untuk berbaring sambil membalas chat pacarnya.

Saat itu kami baring di kasur yang sama namun dengan aktifitas masing-masing. Aku menonton tv dan dia lagi sibuk dengan chatnya. Namun tak lama kemudian ia berbalik ke arahku sambil menceritakan masalah hubungannya.

Pacar Sasa juga seorang mahasiswa namun setahun lebih tua. Katanya ia adalah seorang ketua komunitas di kampusnya dan itu adalah salah satu alasan mereka jarang bertemu. Dibanding dengan pacarnya katanya aku lebih sering bersamanya.

Aku tak pernah berani untuk mengeluarkan pendapat dalam masalah hubungan Sasa dengan pacarnya. Aku takut jika ia beranggapan jika aku mencari kesempatan dalam mendekatinya. Aku hanya mendengar sambil menatap wajahnya.

Saat itu wajahku dan wajahnya hanya berjarak dua jengkal. Bahkan aroma nafasnya bisa terasa. Aku tak begitu peduli dengan curhatannya karena menatap wajahnya yang cantik. 

Saat itu pikiranku traveling kemana-mana. Aku berharap ia menutup mata dan menghampiri ku. You know? Tak selamanya ekspektasi itu tidak sesuai dengan kenyataan and you know lah what we do!

Semenjak tragedi itu, kisah kami dimulai. Kisah yang sedikit rumit namun banyak rasa nikmatnya. Entah apa nama dari hubungan ini. Tak ada teman atau senior kami yang mengetahui hubungan ini. Kami merahasiakannya dari siapapun. 

Tanpa mengatakan cinta, aku menjalani hubungan yang rumit. Di satu sisi Sasa harus membagi rasa dengan dua orang pria namun aku merasa jika aku pemenangnya sebab yang ada di hati akan tergantikan dengan yang selalu ada di setiap waktu.

Hubungan kami begitu mulus selama setahun hingga akhirnya harus kandas karena sesuatu. Di kisah selanjutnya biarlah Sasa yang akan menceritakan dengan sudut pandang dan perasaannya.